Indonesia Masters 2022, Sabtu (11/6) hari ini, sudah mulai memasuki babak semifinal. Namun, informasi adanya sejumlah atlet badminton yang berlaga di Indonesia Masters 2022 keracunan makanan, membuat terkejut sejumlah pihak.
Pihak penyelenggara pun tengah mendalami kasus tersebut. Menurut Kepala Bidang Humas dan Media PP PBSI, Broto Happy insiden tersebut dialami sejumlah pemain Malaysia dan Thailand.
PBSI, beber Broto, ikut empati dan prihatin atas duga keracunan makanan yang dialami sejumlah pemain. "Sampai sejauh ini kami tidak menerima laporan resmi dari pemain atau tim menyangkut dugaan keracunan makanan yang menimpa beberapa pemain negara asing."
"Kami tahunya malah dari sosial media," tutur Broto dalam keterangan resmi, Sabtu (11/6).
Panitia Indonesia Masters 2022, ungkap Broto, terus mencari tahu alasan beberapa wakil dari Negeri Jiran dan Thailand itu tidak fit kondisinya, selepas melahap santapan sarapan pagi di hotel.
"Para pemain yang menginap di dua hotel resmi yang disediakan panitia kejuaraan memang bebas bisa memesan makanan via aplikasi di handphone atau bersantap di restoran dan di mal yang ada di sekitar hotel," terangnya.
Sebagai tindakan preventif, panitia Indonesia Masters 2022 telah berkoordinasi dengan pihak hotel. Salah satunya mulai Sabtu 11 Juni 2022 pagi akan memisahkan tempat makan para pemain dan tim dengan tamu hotel lainnya.
Panitia juga telah melakukan beberapa koordinasi dengan beberapa pihak terkait agar kasus ini tidak meluas dan memberi ketenangan kepada pemain yang tengah bertanding di kejuaraan level super 500 ini.
Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) juga telah meminta para manajer tim tamu mengingatkan para pemain agar tidak sembarangan memesan makanan dari luar hotel atau mengonsumsi makanan tertentu.
"Ini agar kasus dugaan keracunan ini tidak meluas," ujarnya.
Sebelumnya dari unggahan di sosial media dikabarkan beberapa pebulutangkis Malaysia yang menginap di Hotel Century mengalami keracunan makanan. Hal serupa menimpa sejumlah pemain Thailand yang diketahui tengah dirawat di salah satu rumah sakit di Jakarta.
"Agar kasusnya bisa objektif, mereka yang sakit tersebut, juga tidak dirawat di rumah sakit rujukan panitia atau langganan pihak hotel. Tetapi di rumah sakit lain," pungkasnya. (dis/zul)