Sedangkan dari kelompok oposisi Pemerintah, ada partai Demokrat yang memiliki 54 kursi dan PKS 50 kursi. "Total perwakilan kursi oposisi di DPR sebanyak 104 kursi, jauh ya jaraknya (dengan oposisi)," tuturnya.
Lalu, bagaimana dengan skenario partai koalisi? Mazdjo Pray menjelaskan, meski dengan skenario koalisi partai, peluang Anies untuk maju Capres juga tetap kecil.
Sebab, dia tidak tergabung dalam partai manapun. Sementara itu kebiasaan dari partai-partai, akan mendahulukan pimpinan partai ataupun kader partainya sendiri, bukan orang lain.
Ia mencontohkan jika saja Golkar berkoalisi dengan Demokrat, dimana kedua partai tersebut saat ini sangat mencolok dalam menghidupkan citra calon pemimpinnya yaitu Airlangga Hartarto dan AHY.
"Misalnya Golkar dengan Demokrat bergabung, suara keduanya lebih dari Cukup untuk mengajukan Capres, yaitu 85 kursi Golkar ditambah 54 kursi Demokrat, totalnya 139 kursi, lebih dari cukup," tuturnya.
"Kalau Golkar dan Demokrat bersatu, lha Anies gimana?," sambungnya menyiratkan kemungkinan Golkar dan Demokrat mengusung Anies sangat kecil.
Kemudian bagaimana dengan Partai Gerindra yang memiliki suara terbanyak ketiga di Pemilu 2019 lalu? Mazdjo punya analisisnya juga. Menurutnya, syarat Partai Gerindra masih kurang 37 kursi lagi jika ingin mengajukan capres. Artinya Gerindra perlu berkoalisi dengan partai lain.
"Misalnya Prabowo menjajal keberuntungan bareng Cak Imin PKB yang punya kursi lumayan, jelas sudah cukup syarat untuk maju berdua. Ini koalisi yang masuk akal menurut saya. Prabowo dan Cak Imin, partainya kredibel dan calonnya saling melengkapi," tuturnya.
"Kalau PKB dan Gerindra bersatu, Anies kebagian partai yang mana?. Artinya taruhan saya secara teori bisa saja menang ya," tutur Mazdjo Pray.
Kemudian analisis selanjutnya yaitu Partai Nasdem. Seperti partai tengah lainnya, Partai pimpinan Surya Paloh itu hanya bisa mendorong calon jika berkoalisi dengan partai lain.
"Saat ini Nasdem masih malu-malu mau mau gabung siapa dan memajukan kandidat kemana. Nasdem adalah salah satu partai yang tidak punya kader sendiri untuk maju ke Pilpres," tuturnya.
"Menurut info, Nasdem justru lebih memilih 3 nama untuk mereka sandingkan yaitu Ganjar Pranowo, Andhika Perkasa dan Anies Baswedan. Tiga orang itu bukan kader Nasdem sendiri," sambungnya.
"Jadi Nasdem mengusung Ganjar hanya sebagai kode, kalau gak dilirik sama PDIP ya Ganjar akan dilamar. Kemudian Nasdem mengusung Anies, juga hanya sebagai kode bagi partai islam untuk mereka bisa berkoalisi. Tapi sejauh ini Nasdem belum tahu akan berkoalisi dengan partai mana," tuturnya.
Nah, bagaimana dengan kemungkinan partai lainnya seperti PAN, PPP, PKS?
Mazdjo pesimistis ketiga partai itu bakal mengusung Anies sebagai Capres, termasuk PKS. Pasalnya, partai-partai itu memiliki banyak kader yang sangat mumpuni untuk diusung oartainya, seperti PKS yang kelihatannya fokus mengajukan Ketua Umum mereka menjadi Capres. (fin/zul)