Presiden Joko Widodo (Jokowi) dianggap sedari awal terkesan memaksakan diri memimpin pemerintahan negara, sementara di satu sisi memiliki kemampuan yang terbatas. Itulah sebabnya, Jokowi dinilai sebagai presiden terburuk sepanjang sejarah berdirinya negara Indonesia.
Menurut pengamat hukum dan politik Mujahid 212, Damai Hari Lubis, Jokowi dianggap memaksakan diri untuk memimpin negara ini. "Ini sebuah fakta. Mentang-mentang rakyat negeri ini sabar, tidak berupaya serius menurunkan paksa dirinya di tengah jalan."
"Malah seperti “ngelunjak”, kepingin tambah periode dari masa berakhir jabatannya dari 2024. Walau dengan pola manuver tidak beradab dan langgar konstitusi," ujar Damai kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (7/5).
Damai menilai Presiden Jokowi mempunyai gaya pedagang obral sana-sini untuk agenda yang tidak jelas manfaatnya bagi rakyat, melainkan hanya untuk kepentingan pribadinya.
"Walau yang bocor anggaran keuangan negara bukan uang para cukong. Malah jadi bancakan oligarki dan para menteri pun kebagian rezeki, hartanya bertambah entah darimana asalnya. Dan dirinya seperti tidak memikirkan nama baik masa kepemimpinannya serta pertanggung jawabannya ke depan terhadap sejarah, moral dan hukum," terang Damai.
Damai lantas membeberkan sejumlah kegagalan Presiden Jokowi dalam memimpin Indonesia sejak 2014 hingga periode kedua ini.
Kata Damai, Jokowi merupakan presiden yang banyak bohong dan umbar banyak janji secara transparan dan terus berulang-ulang tanpa malu meskipun ketahuan oleh masyarakat.
Jokowi juga berbohong soal kabinet yang dijanjikannya akan menolak utang. Faktanya, banyak utang yang diambil oleh rezim saat ini.
Kemudian, Jokowi juga pernah berjanji soal ekonomi meroket dan garis kemiskinan ekstrim pada 2024 di bawah 0 persen.
"Nyatanya malah buat GNWU (Gerakan Nasional Wakaf Uang) yang artinya pemerintahannya yang dia pimpin gagal mengelola tugasnya yang membantu ekonomi rakyat. Dan nyatanya naikan beberapa pajak serta naikan harga sebagian jenis BBM," jelas Damai.
Damai menganggap, harapan ekonomi meroket tersebut tidak akan tercapai karena sisa jabatan Jokowi kurang lebih hanya dua tahun lagi
"Mau pindah dan bangun IKN, ibarat usaha lebih besar pasak dari pada tiang. Minus wibawa sama sekali, pelaksanaan dan penegakan regulasi amat parah yang dirinya lakukan dari yang kecil sampai dengan tertinggi," tutur Damai.
"Jokowi Presiden yang sanggup melanggar aturannya sendiri karena tidak berkemampuan atau tidak profesional. Imbauannya beberapa kali dibatalkan oleh menteri atau bawahannya. Tidak menekankan kepada lembaga hukum untuk melakukan penegakan hukum yang semestinya, yang ada malah pembiaran," sambung Damai.
Dengan berbagai ketidakmampuan Jokowi itu, Damai berharap agar DPR RI dapat menggunakan waktunya untuk melaksanakan tupoksi sesuai dengan konstitusi terkait hak angket, interpelasi, dan hak bertanya terhadap Jokowi.
Bahkan, DPR juga harusnya menaati lidah suara rakyat. Akan tetapi, Damai menganggap DPR nampak seperti sekelompok orang yang justru tunduk kepada atasannya, bukan sebagai lembaga pengawas yang disegani karena punya mandat yang dapat merekomendasikan impeachment kepada presiden. (rmol/zul)