Rektor ITK Sebut Wanita Berhijab Manusia Gurun, MUI: Dia Terjangkit Penyakit Hasut dan Primitif

Senin 02-05-2022,07:00 WIB

Pernyataan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Prof Budi Santosa Purwokartiko terus menjadi sorotan publik, karena dinilai memicu kontroversi. Saking gaduhnya, bahkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammad Cholil Nafis ikut bereaksi.

Cholil Nafis memberikan tanggapannya melalui unggahan di media sosial Twitter pribadinya. Dia menyebut pernyataan Budi Santosa harus diberikan tindakan dan pelajaran.

Alasannya karena diduga sudah menyinggung wanita berhijab sama seperti manusia gurun. Cholil Nafis menambahkan pernyataan seperrti itu tidak sepantasnya dilontarkan oleh Budi Santoso.

Mengingat Budi adalah penyeleksi Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang didanai rakyat. “Harus diberi tindakan dan diberi pelajaran orang semacam ini,” ucap Cholil melalui Twitter @cholilnafis, Sabtu (30/4).

Lanjut Cholil,  Budi sudah terjangkit penyakit hasut dan primitif. Dia menilai sosok rasis seperti itu harus singkirkan dari dunia perguruan tinggi.

“Dia Terjangkit penyakit hasut dan primitif. Seharusnya dibersihkan perguruan tinggi dari orang rasis itu,” ujarnya.

Sebelumnya melalui sebuah artikel di akun Facebook, Budi Santosa dinilai menyindir wanita jilbab sebagai manusia gurun. Artikel yang dia tulis pada 27 April itu, Budi Santosa mulanya akui mewawancarai beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. 

Kata dia, bahwa mereka adalah mahasiswa dari program Dikti yang dibiayai Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dia mengatakan bahwa para mahasiswa ini tidak hobi demo.

"Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9," katanya.

Dia mengatakan, para mahasiswa ini tidak pernah berbicara soal agama. Seperti kehidupan setelah mati.

"Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa Cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb" tulis rektor.

"Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, gadarullah, dsb" sindir Rektor.

Kemudian pada paragraf berikutnya, dia menyebut para mahasiswa ini tidak mengenakan kerudung atau jilbab. Dia menyindir kerudung dan jilbab sebagai pakaian manusia gurun.

"Mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar openmind," katanya.

"Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi," tuturnya lagi. (dis/zul)

Tags :
Kategori :

Terkait