Kasihan Pasutri di Tegal Ini, Suami Derita Saraf Kejepit Sementara Istrinya Kena Kanker Payudara

Rabu 16-02-2022,06:00 WIB

Kondisi pasangan suami istri (pasutri) warga RT 08 RW 02 Desa Sutapranan Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal ini sangat memprihatinkan. Keduanya sama-sama menderita penyakit yang tidak main-main. 

Sang suami, Sukasmo (57) menderita sakit saraf kejepit atau pinched nerve. Sedangkan istrinya, Duriah (55) terserang penyakit kanker payudara. 

Saat ditemui di rumahnya, Sukasmo hanya bisa berbaring rebahan di lantai yang beralaskan tikar. Untuk menggerakan tubuhnya, Sukasmo mengaku tubuhnya sakit.

Sukasmo menderita saraf kejepit sudah cukup lama, yakni sekitar tujuh tahun. Terakhir berobat, Desember 2020 lalu ke RSU Singkil Adiwerna.

Kala itu, Sukasmo disarankan untuk menjalani operasi di RSUP Kariadi Semarang. Namun, Sukasmo mengabaikan rujukan itu, karena tidak memiliki ongkos untuk berobat ke Semarang. 

"Sejak 2020 sampai sekarang, saya hanya mengonsumsi obat warung. Namanya montalin. Sebenarnya saya punya KIS (Kartu Indonesia Sehat), tapi saya tidak punya uang untuk pergi ke Semarang," kata Sukasmo, saat ditemui di rumahnya, Selasa (15/2). 

Kondisi rumah Sukasmo sangat sempit. Rumah itu merupakan warisan dari orang tuanya. Di ruang tamu hanya ada dipan (tempat tidur yang terbuat dari kayu).

Dipan itu untuk duduk jika ada tamu. Lantainya masih tanah. Dindingnya juga sudah rapuh. Selama ini, Sukasmo yang sebelumnya berprofesi sebagai kernet elf ini hanya mengandalkan penghasilan dari istrinya. 

"Walau istri saya masih terasa nyeri, karena kanker payudara. Tapi dia tetap jualan jamu keliling," ujarnya. 

Sementara, sang istri, Duriah mengaku, memang setiap hari berjualan jamu kunyit asem. Jamu itu dibuat sendiri oleh anaknya yang masih duduk di bangku kelas XI SMK Bhakti Praja Adiwerna.

Setelah jamu sudah dibungkus, lalu Duriah keliling kampung. Setiap hari, penghasilan kotornya Rp30 ribu. Jika dipotong untuk modal, maka hanya sisa Rp15 ribu. 

"Uang itu lah yang saya gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebenarnya tidak cukup, tapi mau bagaimana lagi. Saya juga hutangnya banyak sekali. Semua itu untuk makan dan beli obat," tutur Duriah, seraya meneteskan air mata. 

Setiap keliling kampung, tak jarang Duriah selalu menahan nyeri di bagian payudaranya. Dia mengaku sudah pernah operasi kankernya di RSU Singkil Adiwerna.

Operasi menggunakan KIS. Setelah operasi, ibu dari satu anak ini disarankan untuk berobat lagi di RSUP Kariadi Semarang. Lagi-lagi Duriah terkendala oleh biaya.

Dia terpaksa mengurungkan rujukan itu dan memilih mengonsumsi obat warung. "Sampai sekarang, payudara saya masih sakit. Kalau sakit ya saya beli obat di apotek," ucapnya sedih. 

Tags :
Kategori :

Terkait