Jelang Bentrok Kedua Lawan Timor Leste, Timnas Indonesia Dikritik Presiden Persebaya Azrul Ananda

Minggu 30-01-2022,05:40 WIB

Persaingan perebutan juara BRI Liga 1 2021/2022 antara Arema FC, Bhayangkara FC, Persebaya, dan Bali United semakin ketat. Persebaya sendiri hingga, Minggu (30/1), masih bertengger di peringkat ketiga.

Meski begitu, posisi itu tidak mampu menutupi kerisauan Presiden Persebaya, Azrul Ananda. Azrul mengeluhkan agenda timnas yang kerap berbarengan dengan bergulirnya Liga 1.

Nah, akibat agnda timnas itu, kekuatan Persebaya pun tereduksi begitu besar. Lima pemain Bajol Ijo kembali dipanggil timnas besutan Shing Tae-yong untuk menghadapi Timor Leste dalam rangkaian uji coba internasional.

Itu menjadikan Persebaya sebagai klub penyumbang pemain timnas terbanyak. Kelimanya masing-masing Ernando Ari, Rizky Ridho, Rachmat Irianto, Marselino Ferdinan, dan Ricky Kambuaya.

Ironisnya, kelimanya merupakan pemain inti Persebaya. Parahnya lagi, Marselino dan Ricky bermain di posisi yang sama.

Akibatnya, Persebaya harus memainkan Samsul Arif yang seorang striker di posisi gelandang serang, yang biasanya ditempati Marsel dan Ricky.

”Di satu sisi, kami bangga pemain-pemain muda binaan Persebaya jadi andalan dan selalu jadi pilihan di timnas. Di sisi lain, kami tentu keberatan dan menolak kalau terus menerus pemain kami yang diambil paling banyak,” kata Azrul Ananda.

Azrul pantas khawatir, bulan depan dikabarkan enam pemainnya akan dipanggil timnas Indonesia untuk Piala AFF U-23. Mereka adalah lima pemain timnas saat ini, kecuali Ricky. Plus Akbar Firmansyah dan Koko Ari Araya.

Enam pemain itu semuanya di bawah 23 tahun, namun sudah menjadi andalan Persebaya. Padahal, agenda Piala AFF U-23 akan berlangsung hampir sebulan penuh, mulai pemusatan latihan hingga final pada 24 Februari.

Kalau benar enam pemain Persebaya itu dipanggil memperkuat timnas Piala AFF U-23, maka akan menjadi bencana bagi Bajol Ijo. Februari hingga Maret adalah masa-masa paling krusial dalam perebutan gelar juara.

”Ini menunjukkan lemah dan timpangnya sistem sepak bola di Indonesia. Karena justru mempenalti dan merugikan tim-tim yang justru melakukan investasi dan pembinaan dengan baik,” kecam Azrul.

”Sementara klub lain dengan mudah mengambil saja pemain-pemain naturalisasi dan minim investasi di pembinaan. Harus ada jalan keluar lebih baik mengenai masalah fundamental sistem sepak bola di negara kita ini,” lanjutnya.

Persebaya memang punya pembinaan pemain muda yang rapi. Dana besar miliaran rupiah digelontorkan untuk kompetisi internal Persebaya. Kompetisi itu dari tahun ke tahun melahirkan pemain kaliber nasional.

Marsel adalah fenomena terbaru. Ia adalah jebolan klub internal Persebaya yang masih berusia 17 tahun. Namun, sudah menjadi andalan di tim senior.

Sebelumnya, Rachmat Irianto juga menjadi langganan timnas. Pada musim 2018, Rian bahkan hanya bermain sekali satu musim untuk Persebaya.

Tags :
Kategori :

Terkait