Polemik kadernya Arteria Dahlan yang banyak diprotes oleh masyarakat Sunda diyakini DPP PDIP tak akan mempengaruhi basis elektoral partai di Jawa Barat. Penegasan itu diungkapkan Ketua DPP PDIP, Aria Bima, Jumat (21/1).
Menurut Aria, pernyataan Arteria Dahlan yang memicu kecaman warga Sunda di Tanah Air, utamanya di Jawa Barat, bukan sikap resmi partai. DPP maupun Fraksi PDIP di DPR pun telah menegur dan memberinya sanksi.
"Enggak ada (kaitannya). Itu kan memang mulutnya Arteria Dahlan saja. Tidak controlable. Enggak ada kaitan dengan PDIP. Itu memperburuk Arteria Dahlan iya, PDIP itu enggak ada, hubungannya dengan Sunda kuat," klaim Aria seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (21/1).
Aria tidak khawatir kasus Arteria berpotensi mengurangi basis elektoral partai di Jabar. Lagi pula, kata dia, Pemilihan Umum (Pemilu) baru akan digelar pada 2024.
Dia mempersilakan jika ada pihak yang hendak mempolitisasi kasus tersebut. Namun, Aria menegaskan bahwa PDIP memiliki hubungan baik dengan masyarakat Sunda, termasuk di Jabar.
Menurut dia, PDIP selama ini telah banyak berkontribusi pada pelestarian budaya Sunda. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri bahkan membangun sanggar seni dan budaya Sunda di Jakarta.
Jadi sangat lekat sekali antara budaya Sunda dengan PDIP. Bahkan, kelompok intoleransi yang anti terhadap budaya Sunda kita hadapi dengan kawan-kawan para pengrajin seni di Sunda," kata dia.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Komisi II DPR itu justru menegaskan bahwa ucapan Arteria bukan saja menyakiti masyarakat Sunda, namun juga partai. Sebab, katanya, pernyataan Arteria tak sejalan dengan warna ideologi partai.
"Bukan hanya melukai orang Sunda, tapi melukai orang PDIP. Karena tidak searah dengan warna ideologi partai kita," katanya.
Pernyataan Arteria Dahlan itu sebelumnya disampaikan disampaikan dalam rapat Komisi III DPR dengan Jaksa Agung, Senin (17/1).
Dia meminta Jaksa Agung mengganti oknum Kepala Kejaksaan Tinggi yang menggunakan bahasa Sunda dalam rapat.
Sejumlah pengamat pun menilai kasus Arteria ini bisa berdampak terhadap raihan suara di Jawa Barat, dan bahkan bisa membuat 'Banteng' menjadi partai medioker seperti di Sumbar. (thr/arh)