Di Hongkong itu Liem ketemu orang keturunan Makedonia. Pengusaha. Muslim. Duda dengan tiga anak.
Liem dilamar duda itu. Kawin. Diboyong ke kampung halaman suami: Labunishta, Kecamatan Struga, 15 km dari Albania. Itu desa terpencil di Makedonia.
Seluruh desa itu muslim. Sang suami pengusaha sukses: punya travel haji dan umrah. Punya banyak bus. Sang suami membangun banyak masjid di sana, termasuk di Sarajevo –di negara tetangga.
Jamaah haji dari sana pergi ke Makkah naik bus. Berhari-hari. Lewat Bulgaria, Turki, Syria, Lebanon, Sinai.
Waktu desa itu diduduki komunis, sang suami mengungsi ke Turki. Kini sudah menetap di Makedonia. ”Saya sendiri, sebelum pandemi, mondar-mandir Makedonia-Turki,” ujar Liem.
"Berarti, Anda ini bisa bahasa Batak, Jawa, Madura, Indonesia, Inggris, Canton, Mandarin, Turki, dan bahasa Makedonia?” tanya saya.
”Ulun kawa pender Banjar jua,” ujar Liem. Barakallah. (*)