Ia mengaku masih punya keluarga. Ia punya dua adik laki-laki. Mungkin mereka itulah yang dimaksud dengan "saya ada keluarga di Florida... ".
Tentu Kevin bisa mewujudkan keinginannya itu. Dana yang terkumpul dari relawan orang tidak bersalah terus bertambah. Kemarin sudah mencapai USD 1,6 juta. "Saya berterima kasih dengan uang itu. Tapi itu terlalu banyak," katanya.
Meski sudah bebas, Kevin juga seperti tidak ingin merayakannya. Mungkin karena umurnya sudah habis di dalam penjara. Masa remajanya tersita tiba-tiba. Masa mudanya tidak pernah ada. Masa berumah tangganya sirna. Masa membesarkan anak-cucunya tiada. Ia di penjara sejak usia 18 tahun sampai kini berumur 62 tahun. Yang ternyata ia tidak bersalah seperti dituduhkan jaksa padanya.
Ia juga tidak terlihat terlalu gembira. Mungkin karena kesehatannya yang sudah tidak lagi prima. Selama di dalam penjara Kevin menderita tekanan darah tinggi. Lalu pernah kena serangan jantung. Sampai akhirnya harus berada di kursi roda. Ia tidak bisa lagi berdiri lama. Terjadi penyempitan di beberapa pembuluh darahnya. Dan ototnya pun melemah.
Itulah yang membuat Kevin sempat ragu ketika akan dikeluarkan dari penjara: bagaimana kalau kursi roda itu harus dikembalikan.
Kevin dilahirkan di Kansas City. Yakni kota besar yang terbelah dua: bagian timurnya masuk negara bagian Missouri, bagian baratnya masuk negara bagian Kansas.
Saya mengenal baik kota ini. Sudah lebih lima kali ke sana. Kevin telah menjadi saksi perubahan demografi Kansas City.
Sampai kelas 4 SD Kevin tinggal di pinggiran Selatan kota itu. Lalu pindah sedikit ke utara, lebih mendekati kota. Perpindahan itu terjadi tahun 1970-an. Itu berarti Kevin pindah dari kampung kulit hitam yang miskin ke kawasan yang lebih baik.
Orang-orang hitam kian lama memang kian ke kota. Orang kulit putih kian lama kian meninggalkan pusat kota. Pindah ke pinggiran selatan kota yang lebih nyaman.
Kini wilayah selatan kota Kansas City sudah berubah menjadi kawasan hunian elite. Yang mayoritas penduduknya berkulit putih. Sedang di pusat kota kian penuh dengan warga kulit hitam.
Tahun-tahun itulah terjadi pergeseran demografi: kulit putih berproses ke pinggir kota, kulit hitam berproses ke dalam kota.
Di sebuah apartemen kota itulah terjadi perampokan. Tahunnya 1978. Yang dirampok anak-anak muda berkulit putih. Yang merampok tiga anak muda berkulit hitam.
Di apartemen itu, malam itu, ada dua pasang muda-mudi. Mereka diikat. Lalu ditembak. Tiga orang mati. Satu orang pura-pura mati: Cynthia Douglas.
Cynthia inilah satu-satunya saksi: mengaku melihat Kevin sebagai salah satu dari tiga perampok. Belakangan Cynthia mencabut pengakuannyi. Dengan alasan: dulu itu ditekan polisi. Kalau tidak mengaku dia akan dipidanakan. Media di Kansas City menulis: saat itu Cynthia punya masalah yang bisa dipidanakan —kalau dia tidak ikut kemauan polisi. Bisa jadi polisi juga menemukan sesuatu di apartemen itu.
Polisi memang sangat memaksakan keinginan: padahal sidik jari di senjata yang ditemukan di TKP bukan sidik jari Kevin. Juga bukan sidik jari dua pelaku yang sudah ditangkap. Berarti ada orang ketiga yang harusnya dicari.
Sebenarnya Kevin juga ditawari: mengaku saja. Agar hukumannya hanya 10 tahun. Tapi Kevin tidak mau. Ia tidak merasa ikut di perampokan itu. Ia, malam itu, lagi menonton TV.