Ayah Lingling punya jabatan terhormat: duta besar Tiongkok di Inggris. Tiga tahun setelah perkawinan itu Lingling mengajak Jinping hidup di Inggris. Jinping tidak mau. Lingling ngotot. Mereka cerai: belum punya anak.
Setelah perceraian itu Jinping dapat pekerjaan: menjadi sekretaris pejabat daerah. Sang pejabat dulunya anak buah ayahnya.
Sejak sebelum mahasiswa Jinping ingin terjun ke politik. Ayahnya memang orang penting: termasuk pendiri partai. Ia melamar untuk menjadi anggota partai itu. Ditolak. Melamar lagi. Ditolak lagi. Di lamaran kelima barulah Jinping diterima.
Sampai sekarang masih begitu. Untuk menjadi anggota partai harus mendaftar. Lalu diseleksi. Setelah lulus pun harus mengikuti pendidikan partai. Pendidikan yang berjenjang.
Karir politik Jinping merambat dari bawah. Mula-mula menjadi wakil sekretaris partai tingkat kabupaten. Lalu merambat naik. Lewat kota Xiamen (Amoy) di Fujian. Ia jadi sekretaris partai di kota itu: lebih berkuasa dari walikotanya. Itu tahun 1987. Setelah lima tahun menduda.
Lalu Jinping jadi sekretaris partai tingkat provinsi: Fujian. Lebih berkuasa dari gubernur.
Tahun 1987 itulah Jinping mengawini Peng Liyuan --First Lady Tiongkok sekarang. Dia penyanyi paling terkemuka di Tiongkok. Kelahiran Shandong.
Peng Liyuan terkenal dengan lagu-lagu khusus: perjuangan dan cinta tanah air.
Dia sering menyanyi di acara-acara militer. Pakai baju militer. Saking hebatnya Peng Liyuan sampai mendapat pangkat Brigadir Jendral.
Pasangan ini punya anak satu. Wanita. Kuliah di Harvard, Boston, Amerika. Mestinya sudah agak lama tamat.
Di era kepresidenan Xi Jinping inilah Tiongkok mencapai tahap negara super power. Pun ketika dihambat dua tantangan besar: perang dagang dengan Amerika dan Covid-19.
Di era Jinping pula kemiskinan hilang di Tiongkok --tentu semua presiden, sejak Deng Xiaoping, punya andil di dalamnya.
Hongkong yang hampir lepas, juga berhasil dicegah: lewat keotoriterannya.
Selama di jabatannya, korupsi dihabisi habis-habisan. Sudah 1 juta pejabat yang ditindak terkait korupsi. Ia tidak peduli: macan di berangus, kutu dibungkus. Selama Xi Jinping jadi presiden istilah ”macan” dan ”kutu” memang populer. Semua takut ke macan yang lebih besar: Xi Jinping.
Dunia juga menghargai Jinping dari segi keseriusannya mengurangi polusi. Dulu langit Hongkong pun sampai kelabu: dapat kiriman polusi dari Guangdong. Kini langit Hongkong kembali biru.
Kalau pun ada yang belum tercapai di sana tinggallah satu: Taiwan belum berhasil kembali ke pangkuan ibu pertiwi.