Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) akan digelar di Lampung, 23-25 Desember mendatang. Hasil pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tahun ini diprediksi ikut menentukan masa depan Ketua Umum DPP PKB, Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Hingga saat ini, ada dua calon kuat Ketua Umum PBNU, yakni petahana KH Said Aqil Sirodj dan KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya.
“Kiai Yahya Cholil Staquf adalah kakak kandung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut). Notabene berada di gerbong tersendiri dalam dinamika internal PKB,” ujar dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, Khoirul Umam di Jakarta, Selasa (19/10).
Menurutnya, jika Gus Yahya menang di Muktamar NU, maka hal tersebut berpotensi mengonsolidasikan kekuatan politik yang mengancam dominasi politik Cak Imin yang mampu bertahan sekitar 20 tahun di pucuk kepemimpinan PKB.
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) ini menerangkan, Gus Yahya mempunyai kedekatan dengan Keluarga Ciganjur. Sebab, dia pernah bertugas sebagai juru bicara Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Keluarga Ciganjur saat ini diwakili oleh anak-anaknya. Antara lain Yenny Wahid. Jika Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU, maka itu dapat membuka kemungkinan keluarga Ciganjur kembali masuk dalam kontestasi kepemimpinan PKB.
“Apabila itu polanya, maka besar kemungkinan Cak Imin dengan sel-sel kekuatan politik PKB di daerah akan mendukung Kiai Said Aqil Sirodj untuk mempertahankan kepemimpinan dan stabilitas internal PKB. Tentu, dukungan itu tidak dilakukan dengan intervensi suara. Tetapi melalui komunikasi politik dan penyamaan persepsi secara intensif dengan pengurus NU daerah untuk memastikan arah dukungan di Muktamar mendatang,” paparnya.
Meski begitu, independensi pengurus NU di tingkat pusat hingga daerah, yaitu PWNU dan PCNU dapat menentukan hasil pemilihan ketua umum saat Muktamar Ke-34 NU.
“Faktor independensi pengurus PWNU dan PCNU akan sangat menentukan. Karena menggunakan sistem pemilihan yang demokratis. Kecuali jika mekanismenya diubah dan diserahkan pada Ahlul Halil Wal-Aqdli,” terangnya.
Ahlul Halil Wal-Aqdli merupakan sekelompok kiai senior yang dianggap memiliki kredibilitas moral, keilmuwan, dan akar sosial yang kuat di lingkungan Nahdliyin. (rh/zul)