Anggaran Bengkak Jadi Rp113,9 Triliun, Demokrat Minta Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Diaudit

Rabu 13-10-2021,07:40 WIB

Wakil Ketua MPR RI Syarief Hasan mempertanyakan langkah pemerintah yang menggunakan APBN dalam pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Pasalnya, Pemerintah telah berjanji untuk tidak menggunakan APBN dan menyerahkan kepada BUMN untuk menggunakan skema B to B.

Presiden Jokowi melalui laman Sekretaris Kabinet pada 15 September 2015 pernah berjanji bahwa kereta cepat yang bekerjasama dengan China tersebut tidak akan menggunakan APBN. Presiden Jokowi berjanji akan menyerahkan kepada BUMN agar dapat menggunakan skema Business to Business.

Namun, janji tersebut seperti dibantah sendiri oleh Pemerintah dikarenakan Presiden Jokowi telah mengeluarkan Perpres No. 93 Tahun 2021 yang di dalamnya mengizinkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung untuk didanai APBN.

Jelas, langkah pemerintah ini menuai protes dari masyarakat yang menagih janji Presiden. Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, Syarief Hasan menyebut, pemerintah harusnya menepati janjinya untuk tidak menggunakan APBN.

“Dalam beberapa waktu terakhir, APBN sangat berat dengan adanya Pandemi Covid-19. Harusnya, APBN tidak semakin diberatkan dengan proyek kereta cepat yang dulunya dijanjikan tidak menggunakan APBN," kata Syarief Hasan.

Syarief Hasan menyebut, APBN harusnya difokuskan pada program-program kritikal dan esensial.

“APBN harusnya difokuskan pada program-program yang dirasakan langsung oleh masyarakat, khususnya di masa Pandemi Covid-19. APBN harusnya difokuskan pada penanganan Pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi nasional, pembukaan lapangan kerja baru, dan program esensial lainnya," ungkap Syarief Hasan.

Syarief Hasan menyebut, dia sejak awal mengingatkan terkait proyek kereta cepat kerjasama dengan Cina.

“Kami dari Partai Demokrat sejak awal mengingatkan bahwa proyek kerjasama dengan Cina ini tidak terencana dengan baik. Kereta cepat ini juga belum menjawab masalah di masyarakat kecil. Namun, pemerintah berdalih tidak akan menggunakan APBN, tapi nyatanya menggunakan APBN juga," ungkapnya.

Syarief Hasan juga menerangkan perlunya audit anggaran proyek kereta cepat. Pemerintah harusnya melakukan audit terlebih dahulu dengan melibatkan lembaga BPK karena apabila akan menggunakan APBN.

"Perlu dilakukan audit agar semuanya transparan, mulai dari proses awal, perencanaan penganggaran dan proses penentuan harga dan effisiensi anggaran, dan sebagainya," tegas Syarief Hasan.

Politisi Senior Partai Demokrat ini mengingatkan agar pemerintah melihat prioritas kebijakan.

“APBN kita akan semakin sulit dengan adanya proyek kereta cepat ditambah lagi proyek ibukota baru yang menyedot APBN. Pemerintah harus melihat prioritas yang dibutuhkan masyarakat yakni pemulihan ekonomi nasional, bukan proyek besar yang tidak dinikmati masyarakat kecil dan menyedot APBN," tandasnya. (khf/zul)

Tags :
Kategori :

Terkait