Masyarakat Indonesia pada tahun-tahun mendatang diprediksi akan hidup berdampingan bersama Covid-19 setiap harinya. Diperlukan edukasi agar publik dapat memahami pentingnya protokol kesehatan (prokes) dalam kehidupan sehari-hari.
Virtual alias online akan menjadi kebiasaan baru di masa mendatang. "Kita tahu, sebagian masyarakat bandel. Karena itu, edukasi harus terus ditingkatkan," ujar Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono di Jakarta, Kamis (2/9).
Menurutnya, untuk membuat aturan tentang prokes, pemerintah bisa menggandeng tokoh masyarakat lokal di daerah, figur publik, hingga influencer. Tujuannya, papar Tri, meningkatkan pengetahuan masyarakat soal prokes.
Menurutnya, dengan edukasi prokes yang baik di masyarakat, maka kebijakan PPKM berbasis level yang diterapkan dapat berjalan efektif.
Dia mengingatkan agar variabel-variabel data yang digunakan pemerintah untuk menentukan level PPKM suatu daerah harus akurat. "Data COVID-19 harus terus dibenahi. Karena data dari daerah belum semuanya baik. Kalau tidak akurat bisa salah ambil keputusan," paparnya.
Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19, Sonny Harry B. Harmadi menjelaskan prokes akan menjadi bagian dari gaya hidup yang akan selalu diterapkan masyarakat di masa depan.
"Satu hal yang positif selama di masa pandemi ini, masyarakat jadi lebih peduli dengan kesehatan. Literasi tentang kesehatannya menjadi lebih baik," ujar Sonny.
PPKM, lanjutnya, telah membentuk kebiasaan-kebiasaan baru dalam masyarakat. Seperti mencuci tangan sebelum makan, mengganti pakaian setelah berpergian, dan mencari informasi seputar kesehatan yang berhubungan dengan daya imun tubuh.
Perilaku lain yang paling dirasakan adalah masyarakat bergantung pada aplikasi belanja daring untuk membeli barang kebutuhan.
"Orang kalau rapat secara virtual mungkin akan jauh lebih biasa, dibanding secara fisik. Dulu perjalanan macet membuang waktu, biaya, risiko dan seterusnya. Sekarang orang akan terbiasa dengan virtual meeting," tutup Sonny. (rh/zul)