Sudah Keluarkan Rp10,2 Triliun untuk Beli Vaksin, Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Dikritik Asing Tak Efektif

Selasa 13-07-2021,05:00 WIB

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, realisasi belanja pengadaan vaksin Covid-19 telah mencapai Rp10,2 triliun untuk 59,3 juta dosis per 10 Juli lalu.

Berdasarkan data Kemenkeu, terhitung Januari hingga 10 Juli 2021 tercatat sekitar 51 juta dosis vaksin sudah disuntikkan kepada masyarakat Indonesia. "Jumlah dosis vaksinasi pertama sebanyak 36,19 juta dosis dan vaksinasi kedua 14,97 juta dosis," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, Senin (12/7).

Sri menambahkan, sebanyak 68,7 juta dosis vaksin Covid-19 telah didistribusikan ke seluruh Indonesia dari 78,2 juta dosis yang telah dirilis, termasuk vaksin hibah. "Jumlah vaksinator juga ditambah melalui TNI/Polri, Bidan, serta tenaga lainnya," ujarnya.

Menurut Sri, peningkatan tren vaksinasi sejak Januari dan pada awal Juli 2021 sudah menembus target satu juta dosis per hari. Selanjutnya, target vaksinasi harian pada Agustus 2021 yakni dua juta dosis per hari dan September 2021 sebanyak tiga juta dosis per hari.

"Target ini untuk mengejar herd immunity, supaya pemulihan ekonomi dan mobilisasi masyarakat tidak menimbulkan kenaikan jumlah COVID-19," terangnya.

"Sementara realisasi klaim pasien COVID-19 mencapai Rp11,1 triliun per 9 Juli 2021 dan telah dialokasikan tambahan sebesar Rp11,97 triliun," pungaksnya.

Sebelumnya, pemerintah diminta membuka ke publik perihal sosok ahli di belakang penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia. Jangan-jangan ada barter?

Pengamat politik dan hukum Unas, Saiful Anam meminta, Pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin harus membuka kepada publik sosok ahli di belakang penggunaan vaksin Sinovac yang berujung kritik media asing.

Media asing itu tidak percaya terhadap vaksin buatan China, karena penyebaran Covid-19 di Indonesia semakin massif. Bahkan tetap membuat orang yang sudah divaksin juga terpapar Covid-19.

Begitu tanggapan pakar politik dan hukum Universitas Nasional (Unas), Saiful Anam atas adanya pemberitaan media asing yang menjadikan Indonesia sebagai contoh dalam penggunaan vaksin Sinovac.

“Saya kira Istana Negara harus membuka kepada publik siapa ahli di belakang vaksin Sinovac, jangan-jangan ada permainan mafia vaksin di belakang ahli yang merekomendasikan vaksin Sinovac di Indonesia,” ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL.id, Minggu (11/7).

Saiful curiga adanya jaringan Istana yang terlibat dalam mendorong penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia. (der/zul/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait