Fadjroel Calon Dubes Bisa Jadi karena Sudah Lempar Handuk, Nasir Jamil: DNA-nya Bukan Jubir, Tapi Komisaris

Senin 28-06-2021,08:00 WIB

Hingga saat ini belum diketahui siapa jubir baru istana, usai Fadjroel Rachman termasuk dalam kandidat calon duta besar (dubes). Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Syaiful Hidayat mengusulkan tugas jubir diserahkan kepada Mensesneg Pratikno atau Menseskab Pramono Anung.

"Selamat bertugas untuk Pak Fadjroel, semoga amanah dan sukses dalam mengemban penugasan yang baru. Ke depan, sebaiknya jubir presiden bisa diserahkan kepada menseskab atau mensesneg. Sehingga tidak ada tumpang tindih dalam menyampaikan informasi terkait kebijakan presiden," kata Djarot, kepada wartawan, Minggu (27/6).

Dia mengatakan penunjukan Mensesneg sekaligus sebagai jubir sudah terjadi di beberapa pemerintahan sebelumnya. Djarot lantas menyebut seperti pemerintahan era Soekarno dan Soeharto.

"Berkaca pengalaman di masa sebelumnya Bung Karno menunjuk Pak Ruslan Abdulgani dengan sebutan Jubir Usman yang diberikan tugas khusus untuk menyampaikan kebijakan BK tentang Manipol Usdek," jelasnya.

Pada masa Soeharto Pak Moediono Mensesneg ditunjuk sebagai jubir presiden untuk menyampaikan informasi terkait dengan kebijakan presiden dan hasil rapat kabinet.

Seperti diketahui, dalam daftar 33 calon duta besar Republik Indonesia (RI), tercantum nama Fadjroel Rachman. Jabatan yang kini masih dijabat oleh Fadjroel adalah juru bicara Presiden Joko Widodo. Masih ada tanda tanya soal posisi jubir presiden jika Fadjroel menjabat duta besar RI.

Anggota Komisi II DPR RI Nasir Djamil menilai, ada dua kemungkinan nama Fadjroel Rachman masuk menjadi calon dubes. Pertama, adalah lantaran kinerjanya sebagai Juru Bicara Kepresidenan dianggap gagal.

Sebaliknya, kemungkinan kedua, karena ia dianggap berkinerja baik, sehingga mendapatkan promosi sebagai calon dubes. 

“Iya tentu saja publik bertanya apakah Fadjroel gagal mengemban sebagai jurubicara, atau Fadjroel mendapatkan promosi mengurus negara di negara lain. Kan itu pertanyaan publik gitu,” ujar Nasir Djamil kepada rmol.id, Minggu (27/6).

Kendati demikian, jika benar Fadjroel menjadi calon dubes, dianggap politikus Partai Keadilan Sejahera (PKS) ini merupakan keberuntungan bagi Fadjroel. Sebab, dia akan terlepas dari beban tugas menjelaskan kepada publik terkait kondisi ekonomi Indonesia yang terpuruk saat ini.

Terlebih, Nasir Djamil menilai pemulihan Covid-19 sampai saat ini juga belum menunjukkan hasil signifikan. Karena itu, maka wajar jika kemudian Fadrjroel mengucapkan puji syukur.

“Tentu bagi seorang jubir agak bingung bahasa apa lagi yang akan dia gunakan untuk menjelaskan situasi dan kondisi Indonesia saat ini,” kata dia. 

“Beruntunglah Fadjroel dipromosikan menjadi dutabesar,” sindir anak buah Ahmad Syaikhu ini.

Akan tetapi, Nasir Djamil juga melihat ada kemungkinan ketiga yang membuat Fadjroel digeser. “Bisa jadi dia sudah angkat handuk dengan presiden, presiden memahami dan memberikan ruang agar bisa berwisata politik,” kata dia.

Nasir menilai, sejak awal memang Fadjroel tidak cocok diplot sebagai jubir. “Fadjroel DNA-nya bukan di jubir, tapi komisaris,” tandasnya. (rh/zul/rmol/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait