Tinggal 4.440 Dosis, Stok Vaksin di Kabupaten Tegal Menipis, Hanya Cukup untuk 2 Hari ke Depan

Selasa 22-06-2021,18:00 WIB

Stok vaksin di Kabupaten Tegal menipis. Hampir di sejumlah puskesmas dan fasilitas kesehatan (faskes) di wilayah tersebut mengalami kekosongan. Hal ini sangat dikhawatirkan masyarakat mengingat status Kabupaten Tegal masih zona merah penyebaran Covid-19.

"Stok (vaksin hari ini) sangat sedikit," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tegal Hendadi Setiaji, Selasa (22/6).

Hendadi mengaku sudah meminta penambahan stok vaksin ke pemerintah pusat sejak beberapa minggu yang lalu. Namun, hingga kini vaksin belum didroping. Dia menyebut, minimnya stok vaksin hampir merata. Tidak hanya di Kabupaten Tegal.

"Kondisi ini dialami oleh semua kabupaten dan kota lainnya," ujar Hendadi.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Kabupaten Tegal dr Sarmanah mengatakan, sisa stok vaksin saat ini hanya 4.440 dosis. Saat ini, vaksin tersebut berada di sejumlah fasilitas kesehatan (faskes) di Kabupaten Tegal. Menurut Sarmanah, jumlah vaksin itu hanya bisa digunakan untuk dua hari ke depan (Rabu-Kamis 23-24/6). 

Sejauh ini, pihaknya mengaku sudah meminta alokasi droping vaksin dari pemerintah pusat. 

"Insya Allah dalam beberapa hari lagi akan ada droping (vaksin) dari pusat," ujarnya.

Sementara itu, Suryanto (46), salah satu warga Perumahan Palem Asri, Desa Pedagangan Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal mengaku sangat menyayangkan minimnya stok vaksin di Kabupaten Tegal. Dikhawatirkan, kekosongan vaksin dapat menambah angka kasus Covid-19. Terlebih saat ini status Kabupaten Tegal masih zona merah.

"Kalau saya amati, sepertinya ada kesalahan prosedur vaksinasi. Mestinya, vaksinasi diprioritaskan terhadap warga atau seseorang yang sudah divaksin pertama. Jangan memprioritaskan warga yang belum divaksin," ujar Yanto, sapaan akrab pengamat program vaksinasi di Kabupaten Tegal ini. 

Dia menegaskan, jadwal vaksinasi Covid-19 harus dipatuhi. Sebab, hal itu berkaitan dengan pembentukan antibodi dan mutasi virus corona. Pemberian vaksin dosis kedua yang lebih lambat dikhawatirkan bisa memicu lebih banyak mutasi virus.

"Terdapat kemungkinan, perubahan skema pemberian dosis kedua vaksin virus corona semacam itu akan mempertinggi laju mutasi virus," cetusnya.

Dia melanjutkan, vaksinasi harus dilakukan sebanyak dua kali. Pada penyuntikan vaksin pertama, jumlah antibodi yang menetralkan virus masih rendah. Jika tidak dilakukan penyuntikan vaksin yang kedua, maka dapat memicu infeksi tanpa gejala atau asimptomatik.

"Jeda waktu pemberian vaksin yang pertama dan kedua adalah 14 hari. Seseorang yang sudah divaksin pertama, maka harus diprioritaskan. Jangan malah mengejar target vaksinasi yang berujung fatal," tandasnya. (yer/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait