Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi di sejumlah daerah. Jika tidak segera ditangani secara ekstrem, fasilitas kesehatan dikhawatirkan kolaps dalam seminggu.
Komandan Lapangan RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Letkol TNI Laut M Arifin mengaku telah menyarankan pemerintah pusat segera menentukan kebijakan dari hulu. "Kami sudah rapat dengan Presiden. Sudah disarankan intinya dalam bentuk apa pun. Pokoknya hulunya harus dicekik," tegas Arifin di Jakarta, Senin (21/6).
Apabila tidak dijalankan, diprediksi fasilitas kesehatan akan kolaps dalam sepekan ke depan. "Kalau hulu nggak dicekik, seminggu lagi kita bakal kolaps. Terutama yang di DKI Jakarta. Nggak sampai seminggu mungkin," paparnya.
Masyarakat, lanjutnya, wajib mematuhi protokol kesehatan dan menjalankan 5M. Pasien COVID-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, terus mengalami lonjakan. Data keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di Wisma Atlet Kemayoran tinggal 18 persen.
Wisma Atlet Pademangan dilaporkan sudah terisi 99 persen. Karena itu, sudah tidak menerima pasien lagi alias ditutup. Arifin menerangkan yang ditutup di Wisma Atlet Pademangan adalah Tower 8. Ini adalah tower yang menampung pasien tanpa gejala.
Di tengah rencana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bakal mulai pada Juli mendatang, muncul varian baru Covid-19.
Varian ini disebut memiliki daya penularan yang lebih cepat. Akibat varian baru ini menimbulkan lonjakan penularan. Bangkalan, Jawa Timur; Kudus, Jawa Tengah; dan Jakarta, merupakan tempat di mana varian baru itu ditemukan.
Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid merasa prihatin dengan munculnya varian baru. Dengan ditemukannya varian baru dan terbuktinya semakin tingginya angka penularan membuat kondisi yang demikian mengancam dari proses pembelajaran tatap muka yang akan berlangsung.
Agar penularan tidak menjadi-jadi, Gus Jazil menyarankan agar proses pembelajaran tatap muka yang telah digelar di beberapa sekolah dan daerah ditunda atau dijadwalkan ulang.
“Kita berada dalam pilihan yang sulit,” ujarnya, Senin (21/6). Dirinya menyebut sebaiknya mendahulukan kesehatan daripada yang lain. “Sebaiknya pembelajaran tatap muka ditunda sampai waktu yang memungkinkan untuk dibuka kembali,” tegasnya.
Menghadapi pandemi, apalagi dengan ditemukannya varian baru yang lebih berbahaya, Gus Jazil menegaskan kita tidak boleh pesimis, pasrah, apalagi putus asa. “Kita harus tetap optimis,” tegasnya. (khf/rh/zul/fin)