Orientasi Pemerintah Jokowi-Ma'ruf Amin dianggap tidak jelas, karena tidak konsisten apakah ingin meyelamatkan kesehatan atau ekonomi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun dinilai gagal dalam menangani pandemi sekaligus mengendalikan laju kasus Covid-19.
Buktinya saat ini penularan Covid-19 di sejumlah daerah semakin mengganas, dan kapasitas tempat tidur rumah sakit mulai terbatas. Bersamaan dengan itu banyak perusahaan kecil maupun besar yang mulai tergilas imbas pandemi.
Dengan kondisi yang demikian, Jurubicara Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Adhie Massardi menyarankan Jokowi lempar handuk tanda menyerah. Jika tidak dilakukan, Adhie memperkirakan dua kemungkinan yang akan terjadi.
"Kondisi rakyat Indonesia akan kian buruk karena terpuruk. Pemerintahan ambruk karena dua penopang utama (kesehatan masyarakat dan kesehatan ekonomi) terus memburuk," kata Adhie kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (19/6).
Menurut dia, untuk mengobati penyakit tersebut hanyalah kepercayaan publik yang dirasa saat ini sulit didapat oleh pemerintah Jokowi-Maruf Amin.
Lockdown sebagai solusi atas melonjakkanya kasus Covid-19 juga kembali diusulkan Kepala Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (Kasatgas IDI), Prof. Zubairi Djoerban.
"Saya kembali ulangi saran saya: lockdown," kata dokter spesialis penyakit dalam itu lewat akun Twitter miliknya @ProfesorZubairi, Jumat (18/6).
Zubairi menanggapi pemberitaan soal Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang bicara soal kemungkinan lockdown. Menurutnya, Djoerban, semua liburan dan perjalanan tidak penting harus dihentikan sejenak.
Apalagi mempertimbangkan sekolah tatap muka dibuka kembali, saran dia jangan dulu. "Lakukan lockdown sebelum telat. Situasi bisa berubah jadi mengerikan," ucapnya.
Jumat kemarin, angka kasus corona bertambah 12.990 kasus, sehingga total yang sudah terkonfirmasi sebanyak 1.963.266. Dari angka itu, sebanyak 1.779.127 dinyatakan sembuh, dan 54.043 meninggal dunia.
Warganet atau netizen ramai menanggapi usulan Kasatgas IDI, Prof. Zubairi Djoerban terakit lockdown. Ada di antara mereka yang tidak yakin pemerintah berani mengambil kebijakan lockdown. (rmol/zul)