Kini Ali tidak di Jawa Pos lagi. Ia minta pensiun dari jabatannya di salah satu direksi anak perusahaan. Sekarang ia jadi ''dosen'' untuk dua anaknya yang jadi pengusaha IT. Sang anak sudah dipercaya investor Singapura. "Sambil momong cucu," ujar Ali yang kini punya 3 cucu dari dua anaknya itu.
"Saya ingin VakNus ini berhasil," ujar Ali. Waktu diperiksa kemarin tekanan darahnya 134/83. Saturasinya luar biasa: 99. Jangan-jangan semua orang jujur kadar oksigennya 99 haha.
Tidak hanya Ali. Relawan yang satu ini juga punya banyak waktu. "Saya kan kena PHK," ujar Tutik Wulandari. Pekerjaan terakhirnyi adalah penjaga loket parkir. Dia kena PHK akibat korona. Di masa pandemi ini tidak banyak lagi kendaraan yang parkir di gedung itu.
"Saya hanya bantu-bantu teman kalau lagi dapat pekerjaan di pesta perkawinan," ujar Wulan. Sampai sekarang Wulan masih bertahan di Surabaya meski harus tetap tinggal di kos-kosan. Tekanan darahnyi 130/80. Saturanyi: 98.
Totok Aminarto ikut jadi relawan VakNus karena belum dapat jatah vaksinasi pemerintah. Ia memang belum 60 tahun. Totok ini adalah laki-laki kebanggaan saya. Ia memulai karir dari cleaning service. Lalu jadi koordinator. Lama-lama jadi manajer dan direktur. Ia ''laki-laki'' Disway: yang biasa puasa mutih selama 40 hari itu.
Rombongan ini merasa beruntung karena ada nama Nisa di situ. Dia adalah pelawak sejati. Nisa itu Tionghoa tapi kalau sudah melawak Arek Suroboyo-nya yang muncul.
Motto hidup Nisa hanya satu: jangan lupa bahagia. Setiap ketemu teman dia selalu ingatkan orang itu: jangan lupa bahagia. Saya sendiri sudah beberapa kali mendapat peringatan itu. (*)