Ramadan Bulan Optimalisasi Kecerdasan

Minggu 02-05-2021,09:10 WIB

Usaha-usaha untuk penyempurnaan diri, melalui dimensi spiritual terus berjalan, antara lain dengan ditemukannya god spod. Pada hakikatnya, ajaran inti pusat, god spot sudah ada pada semua tradisi spiritual sejak zaman dulu kuno.

Semua tradisi spiritual tersebut meyakini bahwa pada pusat diri itulah terdapat kebiasaan, asosiasi, tradisi kehidupan sehari-hari, tak-sadar personal (id), citra agama, mitologi dan kebudayaan manusia. Di situlah, manusia berdialog dengan Tuhan, dewa-dewi, atau bahkan setan, tempat dalam diri manusia untuk bersemayamnya semua kekuatan, energi, lambang, dan struktur jiwa tumbuh.

Orang selalu berhubungan dengan pusat diri, utamanya ketika dirinya mempertanyakan sesuatu yang pokok, melihat kehidupan dalam konteks yang lebih luas, atau mengalami wawasan baru, sehingga semakin dekat ke pusat diri. Pusat diri tersebut berperan sebagai pemersatu yang integratif terhadap semua potensi diri, dan optimalisasi fungsi kecerdasan yang dimiliki.

Inayat Khan (2000; 28) menyatakan bahwa, tidak satu objek atau kehidupan pun yang dapat eksis tanpa memiliki satu titik pusat sebagai tempat bertemu dan bergabungnya segala sesuatu. Dan tempat pertemuan itu adalah pikiran ketuhanan.

Dalam bahasa al qur’an ‘Tak satu zaroh pun dapat bergerak sendiri tanpa terkait dengan tangan Tuhan’ (QS 10: 61, 34:3). Konsep pikiran ketuhanan, sebagai titik sentral dapat dipahami sebagai relatifitas keimanan seseorang yang tempatnya di qalbu, dan mempunyai fungsi sebagai titik sentral komando atas segala aktifitas manusia.  

Apabila qalbu manusia bersih, bening, dan jernih, maka keseluruhan perilaku dirinya juga akan menampakkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan. Penampilan setiap insan merupakan refleksi dari qalbunya sendiri. Toto Tasmara (2001; 45) menyatakan bahwa qalbu adalah pusat kecerdasan rohani. 

Qalbu adalah tempat berpijak dari seluruh pengetahuan dan pengalaman, itulah pangkalan kecerdasan. Sumber-sumber pengetahuan yang pokok adalah bagian terdalam dari qalbu, yakni ruh seseorang.

Tepatlah pernyataan Djawad Dahlan (2002; 1) adanya kecerdasan spiritual yang disebutnya kecerdasan ilmu laduni. Jadi pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan dari fenomena-fenomena dunia melalui ‘akal pikiran’ merupakan proses memupuk kecerdasan.

Qolbu adalah tempat berpijak dari seluruh pengetahuan dan pengalaman, baik pengetahuan empirik rasional, maupun pengetahuan dalam dimensi tauhid, yang diperoleh melalui akal pikiran dan pengalaman diri yang bersangkutan.

Lapis-lapis keilmuan tersebut berasosiasi langsung dengan lapis-lapis kesadaran fitriyah dan kesadaran  indriyah. Pemahaman dan keterampilan menggunakan pengetahuan tersebut merujuk pada berbagai kecerdasan manusia, yang selalu berkembang ragam dan jenisnya. 

Sumber-sumber pengetahuan yang pokok adalah bagian terdalam dari qalbu, yakni ruh seseorang. Jadi pengetahuan-pengetahuan yang ditangkap dari fenomena-fenomena dunia melalui indera dan dimasak oleh akal pikiran menuntut manusia untuk semakin mengenal dirinya sendiri.

Inti manusia, esensi yang paling esensial manusia, sejatinya manusia, ialah imannya yang berada di dalam qalbu. Qalbulah yang selalu bergelora, berbolak-balik antara kebaikan dan kejahatan, yang kemudian terefleksikan dalam perilakunya.

Terefleksikan, artinya secara otomatis mencuat, muncul dalam perilaku sebagai reaksi terhadap respon yang ditangkap olehnya. Maka sesungguhnya perilaku, tindak-tanduk, aktivitas seseorang itu merupakan aktulasisasi berdasar referensi dari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan desiran dalam qalbunya. Semua terjadi berdasar kecerdasan yang dimiliki yang dimoderatori oleh kecerdasan spiritual. 

Ramadan Bulan Optimalisasi Kecerdasan
Ramadan adalah bulan Allah (syahrullah). Bulan manusia berpeluang secara penuh beraudensi dengan Allah. Secara emprik terlihat sangat jelas di bulan ini orang berlomba melakukan kebaikan, baik kepada sesama manusia maupun kepada tuhannya.

Peluang terbuka untuk menggapai titik tuhan (god spot), di mana menjadikan seseorang dapat sangat dekat dengan tuhannya. Orang menjadi sangat santun, pemurah, ramah, sabar, dan giat beribadah.     

Ramadan adalah bulan penempaan, baik fungsi indrawi dan ruhani, maupun nilai etika kemanusiaan dan ketuhanan, dalam konteks seluas-luasnya. Bulan untuk mengadukan seluruh persoalan hidup, pengakuan dan membersihkan segala bentuk kesalahan dan dosa.

Tags :
Kategori :

Terkait