Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menegaskan tingkat kemiskinan tidak terlalu melebar, seperti yang diprediksi Lembaga Keuangan Internasional (IMF).
Pemerintah sendiri, kata bendahara negara itu telah melakukan berbagai kebijakan extraordinary yang telah dijalankan sepanjang 2020. Hasilnya, saat ini mampu menekan dampak dari pandemi Covid-19.
Salah satu kebijakan yang dijalankan pemerintah adalah memperlebar defisit di atas 3 persen demi menyelamatkan Indonesia, terutama 40 persen masyarakat terbawah dan pelaku usaha.
"Dan, hasilnya tingkat kemiskinan Indonesia tidak turun sejauh yang diprediksi IMF. Artinya Indonesia mampu menjaganya di angka 10,4 persen, sedangkan prediksi IMF 11,8 persen,'' ujar Sri Mulyani, kemarin (25/3).
Tahun 2021, lanjut Sri Mulyani, pemerintah akan melakukan konsolidasi dengan menurunkan defisit ke 5,7 persen dan menyusun APBN 2022 denan melihat data-data atas implementasi kebijakan fiskal sejak 2020.
Dikatakan Mantan Pelaksana Bank Dunia itu, bahwa mesin pertumbuhan ekonomi didongkrak melalui investasi, konsumsi, dan ekspor yang sudah berjalan dengan baik.
Dengan demikian, Indonesia diyakini akan mampu perlahan mengembalikan defisit di bawah 3 persen setelah tahun 2022. Tentunya, masyarakat tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. (din/zul/fin)