Warga Desa Sumurgeneng membeli 380 unit mobil baru dari 225 penduduk yang menerima pembayaran dari Pertamina.
"Berdasarkan info yang kita terima, aksi borong mobil masih berlanjut hingga hari ini. Media pun memberitakan 17 unit kembali dikirim ke Desa Sumurgeneng," ungkap Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Dia khawatir bila fenomena borong mobil tidak diikuti dengan pengelolaan keuangan yang baik, tidak mengubah kehidupan ekonomi si pemilik uang.
"Tidak salah memang (aksi borong mobil), namun kita khawatir masyarakat tidak memiliki kemampuan mengelola uang sebanyak itu. Akibatnya, uang bisa cepat habis dan kehidupan ekonomi tidak berubah dari sebelumnya," kata LaNyalla dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/2) dikutip dari RMOL.
Mantan ketua umum Kadin Jawa Timur menambahkan, kalau sampai masyarakat menjadi konsumtif membelanjakan barangnya untuk suatu yang tidak begitu menunjang aktivitas ekonominya, dikhawatirkan malah menjadi hura-hura.
"Dengan kata lain keuntungan itu tidak akan banyak membantu masyarakat sendiri," ujarnya.
Untuk itu, alumnus Universitas Brawijaya Malang meminta pemerintah daerah atau pihak Pertamina memberikan pendampingan pengelolaan dan manajemen keuangan produktif untuk masyarakat.
"Masyarakat yang dapat ganti untung harus diberikan pendampingan agar mereka memiliki kemampuan mengelola keuangan. Mereka harus mengelola keuangan berdasarkan kemampuannya di bidang pertanian atau usaha pengembangan pertanian yang lebih produktif dan menguntungkan," tegasnya. (rmol.id/ima)