Belakangan saya dengar, Pak Ris diangkat menjadi direktur utama PT Pegadaian. Yang skala usahanya juga sangat besar. Yang prestasi korporasinya selalu mencengangkan. Sampai sekarang.
Dan anak muda itu ternyata juga terus menanjak. Sampai akhirnya, kini, diangkat menjadi menteri kesehatan.
Waktu itu saya juga ajak Pahala untuk bicara empat mata. Saya beritahukan padanya bahwa ia sangat layak jadi dirut Bank Mandiri. Tapi saat itu ia betul-betul masih sangat muda. "Terlalu mengejutkan," kata saya. "Baiknya Anda sedikit sabar. Kalau prestasi Anda seperti ini terus, Anda, suatu saat, pasti bisa jadi Dirut," kata saya.
Saat itu, saya sebenarnya melihat sedikit kekurangannya. Untuk jabatan level CEO perusahaan besar. Pahala terlalu pendiam. Khas orang keuangan. Dan memang ia orang keuangan asli. Sejak pendidikannya di Universitas Indonesia sampai pun di lanjutannya di Amerika.
Bagi saya, posisi CEO itu juga harus bisa jadi PR terbaik bagi perusahaannya. Juga harus bisa jadi pengajar yang terbaik tentang perusahaan itu. Khususnya untuk staf dan karyawannya sendiri.
Suatu saat saya melihat Budi Sadikin mengajar. Saya juga sempat melihat ia jadi pembicara di depan seminar. Saya menemukan sesuatu yang ideal pada dirinya.
Maka Budi Sadikin-lah yang menjadi direktur utama Bank Mandiri. Pak Ris tetap menjadi wakil dirut. Dan Pahala tetap jadi direktur.
Belakangan saya mendengar Pahala diangkat menjadi dirut Garuda Indonesia. Saya merasa jabatan itu kurang pas baginya. Ia masih terlalu pendiam. Mungkin karena masih terlalu muda.
Baru belakangan saya lega: ia menjadi direktur utama bank BUMN –menjadi Dirut BTN. Ia seperti kembali ke habitatnya Dan jabatannya sekarang ini, wakil menteri BUMN, rasanya yang paling pas.
Ia konseptor yang brilian, ia pekerja yang andal. Menjadi orang kedua di kementerian BUMN sangat pas untuk kepribadiannya.
Memang, kesannya, Bank Mandiri kini mendominasi banyak sektor. Diaspora Bank Mandiri sangat terasa.
Berarti kaderisasi di Bank Mandiri sangat berhasil. Dan untuk itu saya harus mengacungkan dua jempol pada tokoh yang mati-matian meletakkan dasar-dasar kejayaan Bank Mandiri: Agus Martowardojo.
Pak Agus itu bekerja sejak jam 6 pagi sampai jam 3 pagi berikutnya. Hampir setiap hari. Beliau orang yang bekerja luar biasa keras. Saya menyaksikan sendiri kiprahnya itu. Saya juga selalu melihat matanya yang sangat kurang tidur.
Yang hebat, beliau selalu sehat. Maka sangat pantas kalau kemudian beliau menjadi menteri keuangan. Lalu Gubernur Bank Sentral –Bank Indonesia.
Doa saya untuk Bank Mandiri selalu. Agar bisa terus hebat –sekali pun ditinggal begitu banyak emas berliannya ke mana-mana. (*)