Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo nampaknya tidak menduga dengan tamunya hari ini. Di luar ruang kerjanya, Sumarno dan isterinya tampak gelisah saat menunggu. Keduanya berangkat dari Boyolali lantaran resah karena anaknya stres setelah gagal menjadi polisi.
Ganjar, yang baru keluar dari ruang kerja dan hendak menuju lokasi acara selanjutnya pun kaget saat dihentikan oleh keduanya. Guratan kebingungan tersirat dari mata Sumarno dan isterinya.
“Pak Gub, kami ingin cerita, Pak,” tutur Sumarno yang langsung dipersilakan duduk oleh Ganjar di depan ruang kerjanya, Selasa (6/10).
“Pripun, Pak, Bu, wonten masalah nopo?,” tanya Ganjar pada pasangan suami-isteri tersebut.
Sumarno pun langsung bercerita pada Ganjar, bahwa anaknya saat ini tengah stres karena gagal menjadi polisi setelah tiga kali mencoba. Sumarno mengatakan, anaknya sudah berusia 20 dan sudah putus asa untuk daftar polisi tahun depan.
Sumarno mengatakan, anaknya merupakan lulusan SMK dengan jurusan otomotif. Selama tiga tahun berturut, kata Sumarno, anaknya mencoba mengejar cita-citanya menjadi polisi.
“Tiga kali hampir semuanya gagal di tahap akhir, sekarang saya bingung, anak saya stres, Pak. Saya ingin anak saya supaya bisa tetap sekolah Pak,” kata Sumarno dengan suara bergetar.
Pada Ganjar, Sumarno mengaku tak mampu membiayai kuliah anaknya dan meminta bantuan Ganjar agar anaknya bisa kuliah. Sumarno mengaku tidak tahu harus bagaimana sehingga mengadu pada Ganjar.
“Kami nuwunsewu nggak mampu nyekolahke, Pak, tapi pengin supaya anak bisa sekolah lagi. Kuliah, Pak,” katanya.
Ganjar yang mendengarkan itu, meminta agar Sumarno dan isterinya tidak ikut stres dan menyemangati anaknya. Ganjar mengatakan, gagal jadi polisi adalah wajar.
Namun, Ganjar meminta agar Sumarno dan isterinya mendidik anaknya agar tidak patah semangat dalam belajar. Ganjar sendiri mengaku memiliki pengalaman serupa. Dia juga bercerita bahwa salah satu kakaknya yang gagal masuk sampai 7 kali.
“Panjenengan kalau memang bener nggak mampu, bikin surat keterangan tidak mampu. Terus daftar yang masih bisa,” ucap Ganjar.
Ganjar pun menjelaskan program Beasiswa Bidik Misi yang bisa dimanfaatkan putranya untuk bisa kuliah tanpa terbebani biaya. Hanya, Ganjar juga bingung karena waktu pendaftaran kuliah saat ini sudah tutup.
Ganjat kemudian bertanya pada beberapa stafnya, apakah ada program yang memungkinkan agar anak dari Sumarno bisa ikut. Kemudian, Ganjar teringat program magang kerja di Jepang yang diinisiasi oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jateng.
“Anaknya kan lulusan otomotif, bisa mbengkel. Atau ikut saja program magang kerja di Jepang. Lho, malah kerjo neng manca iso entuk duit (kerja di luar negeri bisa dapat uang), iku wae disiapke (itu saja disiapkan),” tandas Ganjar sembari pamit untuk menuju acara selanjutnya.