Ketua Umum Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) Edy Mulyadi ikut merespons aksi vandalisme Musala Darussalam di Tangerang, kemarin.
Menurutnya, harus ada ketegasan dari pemerintah dalam mengatasi tindakan persekusi hingga perusakan yang dilakukan sekelompok orang terhadap umat Islam.
"Untuk kesekian kalinya. Sekarang ada aksi vandalisme musala di Tangerang. Sekali lagi, ini menunjukkan mereka tidak henti-hentinya memusuhi Islam," kata Edy dalam keterangannya dikutip dari RMOL, Rabu (30/9).
Pada dasarnya, ia mengapresiasi aparat kepolisian yang sudah menangkap pelaku vandalisme hanya dalam waktu singkat. Namun, Polri dan pemerintah masih memiliki PR untuk mengusut secara tuntas motif pelaku.
Ia justru menyoroti sikap aparat kepolisian, termasuk pejabat pemerintah yang bersikap seakan-akan tidak ada kejadian yang perlu ditangani dengan serius.
"Aparat, pejabat, polisi semua bilang harap tenang, jangan terprovokasi, jangan terpancing, jaga persatuan. Mau sampai kapan, ulama kita dibantai, dilukai, masjid kita dikotori dirusak, agama kita dihina. Mau sampai kapan?" kritiknya.
Sikap para pejabat ini seakan kontras dengan kondisi di lapangan, di mana umat muslim di Indonesia adalah mayoritas. Seharusnya, sebagai umat mayoritas, Islam tidak boleh diinjak-injak di negeri sendiri.
"Ibarat kita (muslim) dipaksa main tinju, umat Islam tangan dibelenggu, kaki diikat, lalu musuh menghajar kita dengan bebasnya, dengan seenaknya. Lalu ketika kita mau melawan, stop. (aparat meminta) Jangan terprovokasi. Mau sampai kapan bos?" sesalnya.
"Kita kaum grassroot tidak terprovokasi, kita tidak anarkis, iiya. Tapi tolong, aparat bongkar, usut tuntas peristiwa-peristiwa seperti ini. Bongkar siapa pelakunya. Kalau (pelakunya dari) institusi, institusi mana?" tandasnya. (rmol.id/ima)