Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato memperkirakan dengan beragam upaya yang dilakukan pemerintah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi Covid-19, dan melihat aktivitas ekonomi yang bergerak ke arah normal, maka pertumbuhan ekonomi akan positif hingga akhir 2020.
Keyakinan Ketua Umum Partai Golkar ini berbeda dengan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani yang justru diperkirakan perekonomian nasional di tahun ini masih terkontraksi negatif.
"Kami melihat sampai di akhir tahun rangenya antara 0-0,25 persen," kata Airlangga di Jakarta, kemarin (30/8).
Kendati begitu, kata dia, potensi Indonesia masuk jurang resesi kemungkinan akan terjadi. Justru, pada sisa kuartal ke III dan IV ini pemerintah tengah memaksimalkan menggeliatkan roda perekonomian, terutama kembali menggairahkan daya beli masyarakat dan investasi.
"Kalau teori resesi terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut semakin turun. Tapi, kalau ada perbaikan dari minus 5,3 persen ke angka lebih rendah, itu teknis bukan resesi," ucapnya.
Sementara Menkeu Sri Mulyani, sebelumnya tampak pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir tahun. Kata dia, meski kegiatan ekonomi di bulan Juli mulai menunjukkan tren positif, namun masih terlalu dini untuk menilai adanya pemulihan ekonomi hingga di akhir tahun.
"Walaupun kegiatan mobilitas masyarakat mulai meningkat dibandingkan bulan April dan Mei, namun mobilitas itu tidak langsung diterjemahkan ke dalam konsumsi maupun investasi," ujar Menkeu.
Bendahara negara ini berharap, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2020 mendekati 0 persen. Kendati pemulihan ekonomi pada bulan Juli belum sepenuhnya, namun ia meyakini akselerasi belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) pada Agustsu dapat menopang konsumsi da investasi.
“Kalau seandainya kontraksi investasi bisa lebih diturunkan, lebih kecil dalam hal ini mendekati 0 dan konsumsi juga bisa mendekati zona netral yaitu 0, maka kita bisa berharap kuartal ketiga mendekati ke 0 persen," harap dia.
Terpisah, Menkopolhukam Mahfud MD menyebut Indonesia akan dilanda resesi ekonomi pada bulan depan. Namun, kata dia, resesi tidak akan membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi.
"Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9 persen akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," katanya.
Mahfud meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir berlebihan. Karena, resesi masih dalam tahap aman. "Resesi itu teknis, sebenarnya, tidak berbahaya, aman. Karena resesi itu artinya pertumbuhan ekonomi itu minus atau di bawah 1 selama 2 kuartal berturut-turut,'' jelasnya.
Ekonom Center of Reform Economics (CORE) Indoensia Mohammad Faisal mengatakan resesi sudah di depan mata.
"Ancaman resesi sudah di depan mata. Walaupun sudah new normal, tapi ekonomi kemungkinan kontraksi pada kuartal II 2020 dan kuartal III 2020," katanya.
Faisal memprediksi ekonomi Indonesia minus 1,5 persen hingga 3 persen pada tahun ini. Menurutnya, ekonomi domestik akan minus 1,5 persen jika puncak penularan virus corona terjadi pada kuartal III/2020 dan pemerintah tidak kembali menerapkan lagi kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).