Masih Tinggi, Angka Stunting di Brebes Capai 14.400 Anak

Minggu 09-08-2020,17:32 WIB

Jumlah anak penderita stunting di Kabupaten Brebes tergolong masih tinggi. Berdasarkan data terakhir dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Brebes tercatat ada 14.400 anak menderita stunting.

Kepala Dinkes Kabupaten Brebes dr Sartono melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat dr Rudi Pangarsaning Utami mengatakan, hingga saat ini kasus stunting di Kabupaten Brebes mencapai 14.400 kasus. Sebanyak 30 persen merupakan intervensi spesifik di dinkes dan 70 persen intervensi sensitif merupakan lintas sektor.

Sekedar informasi, anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seumurnya. 

Karenanya, kata dia, perlu ada kerjasama antarlintas sektor dalam menekan angka stunting di kota bawang merah tersebut. Apalagi, jumlah kasus stunting di Brebes menyebar di seluruh puskesmas yang ada di 17 kecamatan di daerah yang identik dengan telor asin tersebut.

"Semua kasus stunting di Brebes ini, hampir di setiap puskesmas di Brebes ada. Jadi perlu ada kerja sama antarlintas sektor dalam menangani kasus ini," urainya.

Terpisah, Kepala Puskesmas Tanjung drg Adhi Supriadi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya dalam menekan angka stunting dengan kerjasama antarlintas sektor. Di antaranya, mulai mempersiapkan kehamilan sampai dengan intervensi 1.000 hari pertama kehidupan (sampai bayi usia 2 tahun).

"Karena masa 1.000 hari pertama kehidupan itulah masa emas pertumbuhan dan perkembangan seorang anak manusia," jelasnya. 

Akan lebih mudah dan besar manfaatnya, kata dia, apabila intervensi dilakukan saat itu. Intervensi yang dilakukan diantaranya untuk ibu hamil, mulai dari pemberian tablet Fe (zat besi) selama 90 tablet selama kehamilan.

"Memastikan ibu hamil sehat dengan pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) dan ANC terpadu atau pemeriksaan oleh tenaga kesehatan secara komprehensif minimal 4 kali selama kehamilan," ucapnya.

Selain itu, tambahnya, edukasi dan simulasi inisiasi menyusui dini agar bayi memdapatkan ASI pertamanya (kolostrum) untuk kekebalan terhadap penyakit pada sang ibu sangat penting. 

"Dan kita telah adakan kegiatan kelas Ibu. Di mana, kegiatan itu sebagai sarana sharing pengalaman dan saling memberi dukungan di antara ibu hamil," ucapnya.

Ditambahkan, intervensi untuk bayi di antaranya, memberikan edukasi pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan. Edukasi dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) agar bayi mendapatkan nutrisi yang tepat sesuai usianya.

Pemantauan tumbuh kembang bayi dan anak secara berkala melalui posyandu dengan Simulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) 0-72 bulan. 

"Dan pemberian imunisasi lengkap sebagi perlindungan dari berbagai penyakit yang bisa berakibat terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak," pungkasnya. (ded/ima)

Tags :
Kategori :

Terkait