Oleh: Dahlan Iskan
Apa arti minus 5,3 persen –bagi kita?
Artinya: kita harus kian siap bahwa hidup akan lebih sulit. Terutama bagi yang sudah sulit.
Lebih-lebih lagi bagi yang malas dan tidak bisa dipercaya.
Indonesia bisa saja masih merasa bangga. Baru triwulan ke-2 tahun 2020 kali ini pertumbuhan ekonomi kita minus 5,3 persen. Negara lain sudah minus sejak triwulan pertama. Mereka sudah dua triwulan selalu minus: Singapura atau pun Amerika.
Triwulan pertama yang lalu Indonedia masih tumbuh 2 persen. Itu memang bisa dibanggakan. Masih bisa dibilang tumbuh.
Tapi sebenarnya itu juga sudah sangat memprihatinkan. Bagi yang mudah prihatin.
Taruhannya adalah triwulan ke-3 sekarang ini (Juli-Agustus-September). Kalau minus triwulan 3 ini juga minus resmilah Indonesia berada dalam keadaan resesi. Itu kalau kita ikut definisi bahwa resesi adalah pertumbuhan yang minus selama dua triwulan berturut-turut.
Demi menghindari istilah resesi itu pemerintah mungkin akan melonggarkan PSBB. Agar ruang gerak ekonomi lebih longgar.
Taruhannya ada di jumlah penderita baru Covid-19. Bisa jadi jumlah penderita baru akan terus naik. Tapi sepanjang masih di bawah 2.000/hari rasanya tidak akan dianggap berat.
Arti lain dari pertumbuhan ekonomi minus 5,3 persen adalah: banyak juga sektor yang sebenarnya masih bisa tumbuh di atas 8 persen. Sebaliknya banyak juga yang minusnya lebih dalam dari 5 persen. Sehingga, ketika dirata-rata jatuhnya minus 5,3 persen.
Pertanian adalah sektor yang masih tumbuh di atas 5 persen. Berarti sektor inilah yang bisa diandalkan. Dengan cara biasa-biasa saja masih bisa tumbuh di atas 5 persen.
Sejak lama saya ingin agar sektor pertanian terus digenjot. Sektor ini masih punya ruang untuk tumbuh.
Bagaimana untuk keseluruhan tahun 2020?
Ternyata Covid-19 lebih panjang menyiksa negara mana saja. Amerika akan tetap sulit –sulitnya orang kaya raya. Singapura tetap sulit –sulitnya Singapura.