Bupati Tegal Umi Azizah mengapresiasi kehadiran agen penyedia layanan keuangan tanpa kantor atau laku pandai terutama di wilayah yang belum mendapatkan akses perbankan. Hal ini menjadi angin segar bagi pertumbuhan inklusi keuangan.
Dengan mudah masyarakat kini bisa melakukan transaksi layaknya di perbankan seperti setor tunai, transfer rekening, tarik tunai, hingga pengisian pulsa telepon dan pembayaran listrik.
Bupati Tegal Umi Azizah, Rabu (29/7) mengatakan, keberadaan peran agen laku pandai membuat warga desa kian mengenal keuangan digital dan menjadikan transaksi keuangannya kian efisien.
"Jika dulu hanya tahu pembayaran tunai, kini masyarakat bisa mengenal transaksi nontunai, termasuk pencairan program bantuan sosial dari pemerintah pusat. Untuk itu, dirinya memberi apresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada seluruh agen yang telah ikut serta membantu memudahkan layanan transaksi keuangan masyarakat. Terutama yang jauh dari jangkauan perbankan," ujarnya.
"Layanan yang lebih dekat dan rasa akrab menjadi modal yang kuat bagi agen dalam memupuk kepercayaan nasabahnya," tambahnya.
Hal ini, tambah Umi Azizah, lebih bisa menjamin keberlangsungan usaha di sektor layanan keuangan. Kemudahan akses karena kedekatan jarak dan keleluasaan waktu, ditambah personality yang bersahabat, menjadi ragam alasan warga memilih bertransaksi melalui agen laku pandai.
Hal ini tentunya akan menjadikan bisnis transaksi keuangan berjalan mudah, sehat, dan berkesinambungan.
"Membangun bisnis laku pandai juga tidak terlepas dari kinerja lembaga induknya. Dan salah satu bank milik BUMN sebagai one stop financial solution telah membuktikan komitmennya dalam melayani nasabah mikronya," tambahnya.
Pelonggaran aktivitas sosial, lanjut Umi Azizah, terutama di masa pandemi yang disertai dengan adaptasi kebiasaan baru diharapkan mampu menggerakkan kembali perekonomian rakyat, termasuk mengakselerasi Gerakan Nasional Non Tunai yang telah dicanangkan Bank Indonesia. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran sekaligus mengingatkan penggunaan uang elektronik atau membiasakan transaksi nontunai di masyarakat.
Di era disrupsi yang ditandai dengan meningkatnya penggunaan uang elektronik, transaksi nontunai, hingga inovasi teknologi finansial (tekfin), dirinya minta jajaran bank ini bisa bekerja lebih keras meningkatkan level of service-nya, terutama pelayanan kepada agen dan nasabah mikronya untuk memanfaatkan tekfin, di samping pendekatan konvensional yang selama ini berjalan efektif dengan fokus pemberian kredit bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang belum tersentuh teknologi informasi. (guh/ima)