Meski Kemarau, Beberapa Wilayah di Indonesia Berpotensi Banjir

Selasa 21-07-2020,08:40 WIB

Meski sebagaian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, namun ancaman banjir masih menghantui. Terutama di wilayah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Nasrullah mengatakan wilayah Sulawesi Tengah dan Papua masih berpotensi banjir dengan dengan peluang kategori tinggi pada dasarian II Juli.

"Berdasarkan prakiraan curah hujan probabilistik BMKG, beberapa wilayah seperti, sebagian Sulawesi Tengah dan Papua berpotensi banjir dengan dengan peluang kategori 'tinggi'," katanya dalam keterangannya, Senin (20/7).

Pada dasarian III atau 10 hari terakhir di Bulan Juli, potensi banjir dengan kategori menengah akan terjadi di sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

"Pada Dasarian III, potensi banjir dengan peluang kategori 'menengah' diprediksi terdapat di sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimatan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara , Papua Barat dan Papua," ungkapnya.

Sedangkan pada dasarian I atau sepuluh hari pertama di bulan Agustus, sebagian Papua Barat berpotensi banjir kategori menengah.

"Prakiraan tersebut telah di-overlay-kan pada peta daerah rawan banjir yang dibuat Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)," katanya.

Ditambahkan Deputi Klimatologi BMKG, Herizal, beberapa daerah tersebut bahkan berpeluang mengalami curah hujan dengan kriteria Tinggi hingga Sangat Tinggi dalam empat bulan ke depan atau hingga Oktober.

"Potensi itu didasarkan pada kondisi suhu muka air laut perairan Indonesia yang masih cukup hangat, sehingga mensuplai cukup uap air ke atmosfer akibat proses penguapan," katanya.

Sementara itu, aktivitas gelombang ekuator tropis (Gelombang Kelvin dan Rossby) serta aliran massa udara Samudera Pasifik yang masuk ke Indonesia, berpotensi menimbulkan peningkatan aktivitas pembentukan awan konvektif di Indonesia sebelah utara ekuator, terutama di Indonesia bagian timur dan tengah.

Sedangkan daerah yang memasuki musim kemarau seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering dan bertiup dari arah Timur-Tenggara, yaitu Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Barat, DKI Jakarta bagian barat dan timur, Pesisir utara Banten, Pesisir timur Jambi, Riau dan Aceh, Sumatera Utara bagian tengah, utara dan timur.

"Serta Kalimantan Selatan bagian barat, Kalimantan Tengah bagian timur, Sulawesi Barat bagian selatan, Pesisir barat Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara bagian selatan," bebernya.

Daerah lainnya, yaitu Maluku bagian barat, Papua Barat bagian timur, serta Papua bagian tengah, selatan dan utara.

Dari wilayah-wilayah yang telah memasuki musim kemarau tersebut, 30 persen daerah Zona Musim telah mengalami kondisi kering berdasarkan indikator Hari Tanpa Hujan berturut-turut (HTH) atau deret hari kering bervariasi antara 21 sampai 30 hari, 31 sampai 60 hari, dan di atas 61 hari.

"HTH terpanjang terjadi di Oepoi, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur selama 70 hari. Sementara itu, prediksi Hujan BMKG hingga sembilan bulan ke depan menunjukkan musim kemarau secara umum akan berlangsung hingga Oktober 2020," ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait