Setiap hari, perut Merapi ternyata membengkak rata-rata 0,5 cm. Namun, hal itu masih masuk kategori cukup aman.
"Sejak 22 Juni sampai sekarang, pembengkakan terjadi hanya 14 cm," kata Petugas Pos Pantau Babadan Yulianto saat ditemui Gubernur Ganjar Pranowo, Kamis (16/7) yang mengunjungi pos pantaunya.
Dibandingkan dengan tahun 2006 saat Merapi erupsi, kondisi ini, lanjut dia masih cukup aman. Sebab saat 2006 lalu, pembengkakan perut Merapi mencapai 3 meter perhari.
Ganjar tiba di pos pantau pukul 14.00 WIB. Dia langsung masuk ke ruang pantau untuk melihat pergerakan Gunung Merapi. Didampingi salah satu petugas, Ganjar dengan seksama melihat beberapa layar monitor yang menggambarkan kondisi merapi, seperti aktivitas vulkanik, gas serta lainnya.
"Insya Allah masih aman, tapi statusnya tetap waspada. Kalau melihat pergerakannya sejak 22 Juni sampai sekarang hanya 14 cm. Dan itu kategori masih aman karena teman-teman pos pengamatan selalu aktif, termasuk yang di Babadan ini," kata Ganjar.
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan antisipasi-antisipasi apabila Merapi meletus. Pihak BPBD Jateng, lanjut dia, sudah menyiapkan itu dengan baik.
"BPBD sudah siapkan antisipasi-antisipasinya. Di sini, ada juga keluarga kembar yang disiapkan. Jadi kalau terjadi bencana, bisa mengungsi di tempat keluarganya itu. Tapi saya pesankan agar protokol kesehatannya dijaga, karena sekarang sedang ada Covid-19," terangnya.
Sejumlah simulasi, lanjut dia, juga sudah dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan. Semua kekuatan baik TNI/Polri, Tagana, SAR, kepala desa dan masyarakat semuanya sudah melakukan simulasi-simulasi penanganan.
"Bahkan kami lebih lengkap lagi soal pelatihannya. Selain untuk menyelamatkan nyawa orangnya, tapi juga hewan ternaknya. Karena kalau hewan ternak tidak difasilitasi, pengalaman dahulu orang di pengungsian masih teringat hewan ternak dan mencuri waktu untuk pulang. Ini kan bahaya," tegasnya.
Dengan persiapan itu, maka apabila terjadi bencana erupsi Merapi, semua sudah siap. Masyarakat di sekitar puncak gunung, lanjut Ganjar, juga semuanya sudah siap, dengan pengalaman dan kearifan lokal masing-masing.
"Masyarakat yang ada di Magelang, Klaten dan Boyolali semua sudah paham, apa itu wedus gembel, pergerakannya ke arah mana. Semua sudah tahu. Sekarang ditambah dengan ilmu pengetahuan di pos jaga ini, semuanya akan lebih presisi lagi. Mudah-mudahan semua aman," tutupnya. (*/ima)