Maka sang ibu setuju kalau dimakamkan terpisah. Di Lawang, dekat Malang. Toh tidak begitu jauh dari makam sang suami.
Padahal, saat memakamkan sang ayah dulu, sudah sekalian digali lubang untuk calon makam sang ibu.
Sang anak, sepanjang hari, terus di ruang persemayaman itu. Setiap kali ada rombongan yang sembahyang ia harus mendampingi. Sepanjang hari. Dari pagi sampai malam. Selama lima hari.
Sang anak kelihatan lega bisa memberikan penghormatan terakhir bagi ibunda secara layak. Kalau saja salah langkah mereka tidak akan bisa melawan prosedur pemakaman Covid-19.
Amitohu! (*)