Sebagian wali murid di wilayah Tegal Selatan mengaku stres dengan kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA/SMK yang masih menerapkan sistem zonasi. Sebab, hingga kini belum ada satu pun sekolah setingkat SMA yang berdiri di sana.
''Sebagai orang tua kami stress. Belum lagi soal keinginan anak yang bercita-cita bisa masuk ke SMA atau SMK Negeri favorit mereka. Dengan adanya sistem zonasi membuat anak drop dan patah semangat,'' ungkap Eko (55), warga Kelurahan BandungKecamatan Tegal Selatan, Senin (22/6) kemarin.
Eko mengaku sudah berusaha mendaftarkan anaknya ke salah satu SMA favorit sang anak. Tapi dengan adanya sistem zonasi dan prestasi anaknya yang sedang-sedang saja, membuat dia kesulitan memenuhi keinginan anaknya tersebut.
''Di sini peran kami sebagai orang tua merasa kurang. Sebab, keinginan anak untuk bisa sekolah di sekolah pilihannya tidak terwujud. Ini juga yang membuat para orang tua lainnya banyak yang stres,'' ujarnya.
Hal berbeda dikatakan Heti (48), orang tua siswa lainnya. Dia menyebut meski anaknya hendak mendaftar ke sekolah yang satu zonasi, ternyata belum tentu masuk atau diterima.
''Awalnya terdaftar, namun catatannya terdaftar sementara. Kemudian, setiap hari berganti nomor hingga akhirnya nama anak saya hilang dari daftar penerimaan siswa baru. Ini yang membuat kami kecewa,'' katanya.
Semestinya,lanjut dia, tidak perlu memberikan pengumuman sementara, namun langsung pada hari itu juga diberikan kepastian. Sehingga orang tua atauanak bisa memastikan mana sekolah yang akan dipilih.
''Sudah enam hari ini saya senang karena status anaknya diterima. Namun kini bingung dan kecewa karena nama anaknya sudah tidak ada,'' ujarnya.
Dia berharap pemerintah pusat atauKemendikbud bisa memahami kondisi riil di lapangan. Sebab hingga kini sistem zonasi dalam PPDB masih menuai persoalan yang sangat krusial. Bahkan tak sedikit membuat calon siswa baru kecewa. (gus/wan/zul)