Selain Penghasil Shuttlecock, Sejarah Desa Lawatan di Tegal Ternyata Punya Hubungan dengan Kerajaan Demak

Selain Penghasil Shuttlecock, Sejarah Desa Lawatan di Tegal Ternyata Punya Hubungan dengan Kerajaan Demak

sejarah desa lawatan di Tegal--

TEGAL, radartegal.id - Kabupaten Tegal ternyata memiliki desa yang penduduknya mencari penghidupan dari aktivitas sebagai pengrajin shuttlecock atau kok sejak tahun 1980-an. Ya, bisnis rumahan shuttlecock tak bisa lepas daro sejarah Desa Lawatan di Tegal.

Namun, tahukah kamu jika sejarah Desa Lawatan di Tegal punya banyak kisah yang unik. Namanya sendiri terkait dengan dua tembung dalam bahasa Jawa yang memiliki arti berbeda, yaitu "Rawaten" dan "Lawatan". Sehingga nama desa ini menjadi lawatan hingga sekarang.

Karena mayoritas Desa Lawatan di Tegal berpenghasilan sebagai pengrajin shuttlecock maka kalian bisa temukan di setiap rumah warga terdapat bungkusan kok yang sudah tidak terpakai. Lalu, bagaimana sebenarnya sejarah Desa Lawatan di Tegal ini?

Berikut sejarah Desa Lawatan di Tegal yang mempunyai keunikan dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga setempat khususnya warga desa tersebut. Simak sampai selesai.

BACA JUGA: Sejarah Desa Bumijawa di Kabupaten Tegal, Rumorsnya Masih Ada Hubungannya dengan Kerajaan Galuh Purba

BACA JUGA: Sejarah Desa Kesuben Lebaksiu Tegal, Penghasil Buah Dukuh Terbanyak!

Sejarah Desa Lawatan di Tegal

Sejarah desa ini berawal dari tembung “Rawaten” artinya “Peliharalah”, sementara untuk tembung “Lawatan” punya arti “Berkeliling”. Hal yang bikin aneh ketika awal mula nama Desa Lawatan diambil dari tembung “Rawaten” menjadi “Lawatan”, asalnya bagaimana? 

Dalam antologi buku Padasan Emas, Crita saka Tegal Cerita dari Tegal terbitan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, keluaran tahun 2021, Erna Musriyanti mengisahkan, pada zaman Kerajaaan Demak, hidup seorang pemuda bernama Jamaludin alias Malingguna. Jamaludin adalah putra dari salah satu selir Sultan Trenggono.

Suatu ketika Jamaludin datang ke Kerajaan Demak dan menuntut agar dirinya diakui sebagai putra Sultan Trenggono. Akan tetapi Sang Sultan mentah-mentah menolak.

Karena tolakan itu, sikap Jamaludin meradang dan berubah menjadi pemberontak. Dia marah pada sultan yang suka pada ibundanya, tapi tak sudi mengakui dari hasil perbuatannya.

BACA JUGA: Mitos dan Sejarah Desa Selapura di Tegal, Ada Larangan Bikin Pondasi Rumah dari Batu

BACA JUGA: Misteri Sejarah Desa Cawitali Tegal: Jejak Perjalanan dan Persinggahan Syekh Siti Jenar yang Menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: