Jarang Diketahui, Mitos Larangan Memancing Ikan Tambra di Tegal
Mitos Larangan Memancing Ikan Tambra di Tegal--
Saepudin melanjutkan, setelah di daerah gunung dianggap tidak ada lauk pauk atau ikan, tapi setelah kelapa gading dibelah ternyata di dalamnya ada ikan. Setelahnya, ikan tersebut dimakan bersama-sama santri dan Pangeran Purbaya.
Selesai dimakan, tersisa tulang dan kepala ikan, menurut Saepudin, oleh Mbah Ciptosari diletakkan di balongan yang saat itu masih kecil, airnya langsung dari mata air di sekitar desa. Setelah duri dan kepala ikan diletakkan di balongan, ikan kembali utuh atau hidup kembali dan beranak pinak hingga sampai saat ini.
Tapi, berdasarkan penuturan tamu yang datang, beberapa ada yang melihat wujud asli ikan Tambra yang ada di balongan dengan wujud duri dan kepala ikan.
"Ikan Tambra ini prosesnya melahirkan tidak bertelur. Saya bahkan tidak pernah tahu atau melihat kecilnya ikan Tambra seperti apa karena tiba-tiba sudah besar," aku Saepudin.
Ditambahkan, untuk jumlah ikan yang ada di balongan, banyak atau tidaknya bergantung mata batin masing-masing pengunjung. Sedangkan untuk makanan ikan Tambra seperti kacang tanah, timun, roti, cabai, telur rebus, dan lain-lain.
Meskipun mitos larangan memancing ikan tambra tetap kuat di kalangan masyarakat, keberadaan ikan ini juga menunjukkan pentingnya hubungan antara tradisi dan konservasi.
Masyarakat Balapulang semakin sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam dan ikan tambra sebagai bagian dari warisan budaya mereka.
BACA JUGA: Daya Tarik Mistis, Ini Penjelasan Mitos Naga Penunggu Guci Rantensari Dayang Nyai Roro Kidul
BACA JUGA: Mitos Malam 1 Suro 2024 yang Dipercaya Masyarakat Suku Jawa
Demikian informasi yang kami bagikan mengenai asal-usul mitos larangan memancing Ikan Tambra di Tegal. Semoga bermanfaat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: