Mengenal Apa Itu Konsep Hidup Self-Acceptance, Sederhana dan Bahagia
BAHAGIA - Mengenal dan memahami konsep hidup self-acceptance adalah langkah pertama menuju kehidupan yang lebih bahagia.-freepik-
Dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung dan menerima diri kita apa adanya dapat memperkuat self-acceptance. Rasa diterima dan dihargai dalam lingkungan sosial memberikan dorongan yang sangat berarti bagi penerimaan diri.
BACA JUGA: 5 Cara Hemat ala Gen Z Ini bikin Tajir Melintir, Anda Wajib Tahu Ini
BACA JUGA: Ini 4 Keunggulan Sifat Introvert Bisa Lebih Sukses dari Ekstrovert
Tantangan dalam mencapai self-acceptance
Penerimaan diri bukanlah hal yang selalu mudah dicapai. Tantangan terbesar sering kali berasal dari diri sendiri dari kritik diri dan rasa tidak percaya diri.
Banyak orang merasa sulit untuk menerima diri mereka sendiri karena standar masyarakat yang tidak realistis, media sosial yang memperkuat gambaran kesempurnaan, atau pengalaman masa lalu yang penuh kritik. Namun, melalui langkah-langkah sederhana dan komitmen untuk berubah, individu dapat mengatasi tantangan ini.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah salah satu metode yang efektif untuk membantu orang mengidentifikasi pola pikir negatif dan menggantinya dengan pandangan yang lebih positif tentang diri mereka sendiri (Behavioral and Cognitive Psychotherapy, 2020).
Self-acceptance sebagai dasar kebahagiaan
Self-acceptance bukan sekadar merasa baik tentang diri sendiri, tetapi adalah fondasi yang mempengaruhi kesehatan mental, hubungan sosial, dan kebahagiaan secara keseluruhan.
BACA JUGA: Tidak Update Status di Media Sosial, Ini Rahasia Sifat Orang di Zaman Sekarang
Dengan self-acceptance, seseorang tidak lagi terjebak dalam siklus membandingkan diri dengan orang lain atau mengejar standar kesempurnaan.
Mereka lebih mampu hidup sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka, yang merupakan landasan dari kebahagiaan sejati.
Dalam sebuah studi oleh The Journal of Happiness Studies (2021), ditemukan bahwa orang-orang yang memiliki penerimaan diri tinggi menunjukkan kebahagiaan yang lebih stabil dan berkelanjutan dibandingkan mereka yang bergantung pada validasi eksternal untuk kebahagiaan mereka.
Mereka yang mempraktikkan self-acceptance lebih mampu menghadapi tantangan hidup dengan tenang dan mendapatkan kebahagiaan dari hal-hal sederhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: