Sejarah Gedung Birao di Tegal, Gedung yang Dijuluki Lawang Satus Menyimpan Banyak Cerita

Sejarah Gedung Birao di Tegal, Gedung yang Dijuluki Lawang Satus Menyimpan Banyak Cerita

Begini keadaan sejarah Gedung Birao atau Gedung Lawang Satus--

Bangunan ini sangat kental dengan gaya arsitektur Belanda. Meskipun demikian, Maclaine Pont mahir dalam menggunakan sumber daya alam setempat dan memperkerjakan buruh lokal dengan harapan sebagai latihan dalam menambah keterampilan mereka.

Selain itu pembangunan gedung Birao juga turut memperhatikan lokasi yang berada di sekitar alun-alun, masjid, dan tempat tinggal Residen atau Gubernur pada masa itu. 

 

Pembangunan Gedung Birao turut memperhatikan kondisi lingkungan setempat, sama halnya Lawang Sewu dibuat. Bangunan dirancang sedemikian rupa untuk menyesuaikan dengan iklim, sinar matahari, dan gaya hidup masyarakat lokal pada masa itu.

 

BACA JUGA: Cerita Mistis Gedung Birao di Tegal yang Disebut Mirip Lawang Sewu, Jadi Salah Satu Ikon Daerah Saat Ini

Tidak seperti orang Eropa yang lebih memilih menggunakan bahan impor, Maclaine Pont menggunakan bahan-bahan lokal misalnya kayu jati, batu bata, dan pasir lokal. Kecerdasan arsitek Gedung Birao atau Gedung Lawang Satus terlihat pada bagaimana Maclaine Pont memilih peletakan gedung memanjang dari arah timur-barat.

Hal ini berkenaan supaya jendela dan pintu terletak pada sisi utara-selatan. Dengan demikian cahaya matahari dapat terhindari dari arah barat dan timur.

Peletakan jendela pada sisi utara-selatan ini juga berkenaan dengan pengaturan udara yang masuk. Sehingga mendapatkan udara sebanyak-banyaknya dari arah utara karena angin laut di siang hari dan dari arah selatan yang mendapat angin darat pada malam hari. 

Bangunan ini juga dibuat monoton tanpa fokus sentral, dengan wajah depan bangunan yang terdiri dari dua lantai dilengkapi pelengkung-pelengkung ala Greco-Romawi, diselingi empat menara dilengkapi tangga didalamnya. Pertimbangan ini dibuat agar pengunjung datang melewatinya melalui arah samping barat atau timur. 

Keberadaan pintu dan jendela yang besar berfungsi sama seperti bangunan tropis pada umumnya yaitu mendapatkan udara segar dan sirkulasi udara dalam bangunan mencadi lancar. Selain itu, menara dan tangga juga sangat membantu dalam sirkulasi udara secara kontinu.

Setiap ruangannya juga terdapat gang panjang pada laintai satu atau lantai dua yang berfungsi sebagai penghubung. Serta isolasi panas cahaya matahari karena ruang-ruang tidak langsung terkena cahaya matahari. 

Saksi bisu sejarah Hindia Belanda

Gedung Birao atau Gedung Lawang Satus ini menjadi saksi bisu sejarah dari masa Hindia Belanda hingga masa kini masih berdiri kokoh. Pada masa setelah Proklamasi, 10 September 1945, bangunan ini digunakan sebagai tempat dikibarkannya bendera Merah Putih, bukti pergerakan warga lokal Tegal memerangi penjajah yang melarang pengibaran bendera pada waktu itu. 

Sumber: