Anak Muda Usia Produktif, dr. Dhito : Bonus atau Beban Demografi?

Anak Muda Usia Produktif, dr. Dhito : Bonus atau Beban Demografi?

dr. Jagaddhito Probokusumo saat menyampaikan pesan terkait pentingnya menjaga kesehatan Jantung dalam acara Hari Jantung Nasional, kemarin di RSUD Brebes.(istimewa)--

RADAR TEGAL - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Tegal Raya memperingati Hari Jantung Sedunia atau World Heart Day (WHD) 2023, Sabtu 30 September 2023. Kegiatan tersebut dipusatkan di RSUD Kabupaten Brebes.

Dokter Spesialis Jantung RSUD Kabupaten Brebes selaku Ketua Panitia Peringatan Hari Jantung Sedunia di Brebes dr. Jagaddhito Probokusumo mengatakan, tema besar hari jantung sedunia tahun 2023 adalah 'Use Heart to Know Heart'. Atau Kenali Jantung Sehatmu, Sayangi Jantungmu.

Puncak WHD digelar di RSUD Kabupaten Brebes. Perki Tegal sendiri membawahi empat kabupaten/kota. Yakni, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang dan Kota Tegal. Anggota Perki Tegal saat ini terdapat 12 dokter spesialis jantung di 4 kabupaten di atas.

Dalam acara puncak WHD, masyarakat diberi edukasi untuk meraba nadi sendiri (Menari). Di mana, Meraba nadi sendiri merupakan upaya dini untuk mendeteksi gangguan irama jantung.

"Penyakit kardiovaskular saat ini menjadi ancaman dunia (global threat) dan merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia sendiri Penyakit Jantung Koroner merupakan penyebab utama dari seluruh kematian di Indonesia, yakni sebesar 26.4%, angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker (6%). Dengan kata lain, satu dari empat orang yang meningg di Indonesia adalah akibat dari Penyakit Jantung " ujarnya

PERKI Tegal mendorong masyarakat agar waspada terhadap penyakit jantung yang prevalensinya semakin bergeser ke usia muda. Jadi, kalau dulu penderita penyakit jantung banyak terjadi pada usia tua, saat ini angka kejadian terjadinya penyakit jantung itu bergeser ke usia yang lebih muda.

"Data menunjukkan bahwa penderita penyakit jantung untuk laki-laki itu biasanya di atas 45 tahun kalau wanita itu di atas 55 tahun. Nah dalam hal ini sudah mulai bergeser ke 30 sampai 40 tahun, penyebabnya yaitu perubahan gaya hidup sedenter dan peningkatan faktor risiko kardiovaskular yang menjangkau populasi usia muda" ujar dokter jantung lulusan UGM ini.

"Sekarang ini mulai banyak anak SMP dan SMA yang sudah mulai mengenal rokok, vape (rokok elektrik), dan alkohol. Ditambah lagi saat ini mudahnya kita temukan di sekitar kita makanan cepat saji, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam yang padat energi, dan kurangnya gizi seimbang. Saat ini sedikit pilihan makanan sehat di sekitar kita dibandingkan yang tidak sehat. Kemudahan pemesanan makanan via aplikasi online juga membuat kita malas bergerak. Semua ini merupakan gaya hidup yang tidak baik untuk kesehatan jantung," kata dokter berusia 31 tahun itu.

Dr Dhito menyampaikan pesan di WHD tahun ini, untuk semua masyarakat khususnya anak muda di Indonesia agar waspada terhadap penyakit jantung dan semua faktor risikonya. Jika sudah terkena penyakit jantung sejak usia muda, maka ke depan kesempatan untuk menjadi masyarakat Indonesia yang produktif menjadi berkurang.

"Indonesia diperkirakan akan menikmati puncak bonus demografi pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang. Namun yang dikhawatirkan bukannya kita menikmati bonus demografi tetapi malah menghadapi beban demografi akibat rendahnya kualitas kesehatan anak muda di Indonesia. Faktor kesehatan sering diabaikan karena dampaknya tidak langsung terlihat dalam waktu singkat. Padahal, dengan kondisi masyarakat yang sakit, tidak mungkin bisa dihasilkan produktivitas dan kualitas kerja yang baik." tuturnya.

Rentannya kualitas kesehatan generasi muda saat ini bisa dilihat dari jenis penyakit yang mulai diderita oleh kelompok usia dini.

"Kita tahu bahwa di Brebes saat ini kita mengalami permasalahan tengkes (stunting) dan gizi buruk yang angka kejadiannya tertinggi di Jawa Tengah, yang mana ini menjadi masalah kesehatan dasar yang belum teratasi. Anak yang stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit tidak menular seperti jantung, kanker dan lainnya adibanding yang gizinya baik ," ucap dokter yang pernah ditugaskan sebagai Satgas Covid 19 Nasional ini.

Dr Dhito dalam kesempatan ini mengajak masyarakat untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, perbanyak aktivitas fisik, makan makanan bergizi seimbang, hindari merokok dan hindari alkohol. Kenali Jantungmu, sayangi Jantungmu dan lindungi orang-orang terdekatmu," pungkasnya.***

Sumber: