Kupas Tuntas Mitos Gunung Lawu, Pendaki Bisa Tersesat dan Alami Nasib Buruk?
Mitos Gunung Lawu--
RADAR TEGAL – Gunung Lawu merupakan salah satu gunung berapi aktif yang berlokasi di antara tiga Kabupaten yakni Karangnyar Jawa tengah, Ngawi, dan Magetan di Jawa Timur. Berikut mitos gunung lawu yang perlu Anda ketahui.
Tahukah Anda, bahwa dalam tradisi Jawa, Gunung Lawu ternyata bukan sekadar fenomena vulkanik namuan sebuah situs ritual.
BACA JUGA: Kisah Mistis Gunung Lawu Berikan Larangan Kenakan Baju HijauSaat Mendaki
Selain dipercaya sebagai sumber energi spiritual, sebagian masyarakat Jawa memiliki pandangan gunung ini sebagai simbol kebijaksanaan.
Melansir dari indonesia.go.id, Gunung Lawu seperti gunung lainnya yang terdapat di Indonesia yakni diselimuti dengan mitos-mitos tradisional yang merupakan cerita turun-temurun.
Konon katanya, menjelang keruntuhan Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 M, Raja Majapahit terakhir yakni Brawijaya V mengasingkan diri ke Gunung Lawu beserta pengikutnya yang bernama Sabdo palon.
Hati Raja Majapahit merasa galau ketika putranya yakni raden Fatah tidak mau melanjutkan pemerintahan Majapahit.
Sebaliknya, Sang Pangerean justru mendirikan sebuah kerajaan Islam di Demak dengan pusat pemerintahan di Glagah Wangi (Alun-alun Demak).
Raja Brawijaya V merupakan pemeluk agama Budha ketika meminang Dara Petak ( Ibu dari Raden Fatah) putri Raja Campa yang pernah masuk Islam sebagai syarat menikah.
Dikisahkan bahwa pada saat itu aja Brawijaya V juga bersedia masuk Islam dan menjadi mualaf apabila diizinkan menikahi Dara Petak yang pada saat itu sudah beragamaIslam dan mengenakan kerudung.
Belakangan, Prabu Brawijaya V diketahui tidak sepenuh hati masuk Islam.
Ia menjadi mualaf semata-mata karena ingin menikahi putri tersebut. Hal inilah yang membuat Syech MaulananMalik Ibrahim tidak suka.
Hingga akhirnya, Prabu Brawijaya V memang berhasil menikahi Dara Petak dan masuk Islam, di sisi lian Ia masih memeluk agamaBudha dalam hatinya.
Setelah menikah, para anggota kerahaan yang sudah beragama Islam pun berupaya membujuk Raja supaya masuk Islam yang sebenar-benarnya.
Bahkan sang Ratu dan selir-selirnya pun ikut membujuuk namun selalu gagal.
Hingga pada suatu hari, Sang Raja Brawijaya sangat sedih hatinya sebab mempunyai pemahaman yang berbeda dengan keluarganya.
Pada suatu malam, Raja tersebut bermeditasi memohon petunjuk pada Tuhan yang Maha Esa.
Nah, alam semedinya tersebut, Ia mendapatkan petunjuk jika kerajaan Majapahit sudah saatnya memudar kejayaannya dan ‘wahyu kedaton’ akan di pindahkan ke Kerajaan Demak.
Hingga singkat cerita, Prabu Brawijaya V memutuskan mundur dari dunia ramai dan menyepi ke puncak gunung lawu, bersama abdi setianya Ki Sabdo Palon.
Pada saat berada di puncak Lawu, Mereka bertemu dengan dua kepala dusun setia yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.
Sebagai abdi dalem yang setia, orang itu pun tidak tega membiarkan tuannya begitu saja dan ikut pergi bersama ke puncak lawu.
Adapun lokasi pertapaan Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi ini terkenal dengan puncak ‘hargo dalem’.
Sedangkan Ki Sabdo Palon sebagai sang abdi yang setia, akhirnya meninggalkan tuannya mengambil lokasi pertapaan di ‘hargo dumiling’.
Sang Raja kemudian mengankat Dipa Menggala menjad penguasa Gunung Lawu karena kesetiaannya.
BACA JUGA: Misteri dan Mitos Gunung Lawu: Keajaiban dan Cerita Angker di Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur
Ia diberi kekuasaan untuk membawahi semua makhluk gaib yang terdapat di barat sampai gunung Merbabu, dari timur sampai ke Gunung wilis, dari selatan sampai ke Pantai Selatan, dan dari utara sampai ke pantai utara.
Abdi ini diberi gelar sebagai ‘sunan Gunung Lawu’ sementara abdinya yang lain bernama wangsa Manggala diangkat sebagai patihnya dan diberi gelar ‘ kiaki jalak.’
Hingga Kini, mitos mengenai Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalah masih populer di kalangan pengunjung dan pendaki Gunung Lawu.
Bahkan beberapa pendaki Gunung Lawu kabarnya pernah bertemu dengan sosok ‘kyai jalak’ dengan rupa burung jalak pada saat Mereka mendaki ke puncak ‘hargo dalem.’
Para pendaki meyakini apabila menjumpai burung ini, maka sebenarnya Ia berniat baik yakni ingin memberikan petunjuk jalan supaya tidak tersesat.
Namun, sebaliknya apabila para pendaki mempunyai perangai yang buruk maka Kiai Jalak yang tidak menyukainya akan membuatnya bernasib buruk.
Demikian ulasan mengenai mitos gunung lawu. Semoga bermanfaat.***
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: