Tegal Kota Penting Kerajaan Mataram yang 'Dibenci' dan Selalu Diawasi Kompeni

Tegal Kota Penting Kerajaan Mataram yang 'Dibenci' dan Selalu Diawasi Kompeni

Tegal merupakan kota penting bagi Kerajaan Mataram saat melakukan dua kali penyerbuan terhadap kompeni di Batavia.--

Pengepungan dan penyerangan terhadap Batavia pun mulai sering dilakukan Kerajaan Mataram. Tegal pun disulap menjadi pusat konsentrasi pasukan Mataram sebelum menyerang Belanda di Batavia.

Selain perang frontal, untuk merebut Batavia juga dilakukan dengan cara yang sudah teruji dan berhasil saat pertempuran Surabaya, yaitu membendung sungai. Pasukan Mataram yang dipimpin Sulta Agung lalu membendung Sungai Ciliwung.

Sayangnya meskipun Belanda kewalahan, serangan Mataram yang pertama itu tidah berhasil. Persiapan penyerbuan ke Batavia pun kembali dilakukan Mataran pada tahun 1629.

Konon sebagai salah satu siasat untuk kembali menyerang Batavia, Adipati Martoloyo menawarkan perdamaian atas nama raja Mataram. Hal ini sebagaimana tertulisa dalam buku Puncak Kekuasaan Mataram tulisan De Graaf. 

Dengan berdalih perdagangan, Belanda kemudian memperbolehkan orang Jawa mengangkut beras melalui laut. Kesempatan ini lalu digunakan Mataram untuk mengangkut beras dalam jumlah besar melalui pantai dan menimbunnya di Tegal.

BACA JUGA:Misteri Nyai Ronggeng di Jalan Kapten Ismail Kota Tegal, Larangan Penganten Baru Lewat Jalan Ini

Pernah Tumenggung Tegal membawa lebih dari 100 kapal yang memmuat padi dari Mataram. Tetapi pengangkutan beras tersebut diketahui dua kapal Belanda di Tegal yang dikirim untuk melakukan pengawasan dan pengintaian.

Saat diketahui dan disergap Belanda, Adipati Martoloyo beralasan padi-padi itu akan mereka peruntukkan bagi Batavia. Di Tegal hanya untuk menumbuknya.

Diketahui Belanda

Namun ternyata Belanda yang mulai curiga, berhasil mengendus keberadaan Tegal sebagai lumbung makanan, untuk persiapan pengepungan dan penyerbuan ke Batavia yang kedua. Belanda pun marah.

Mereka kemudian mengirimkan pasukan dengan tiga kapal ke Tegal, lalu membumihanguskan Tegal. Kapal-kapal pemuat bahan makanan dan gunungan pagi luluh lantak hangus dibakar Belanda.

Hanya saja penyerangan ke Batavia untuk kali kedua itu juga kembali gagal. Bahkan Baureksa meninggal duna dan juga Belanda kehilangan gubernur jendralnya.

BACA JUGA:Mengenal Waterleiding Kota Tegal Bangunan Bersejarah Tahun 1931 pada masa Kolonial Belanda

Pada tanggal 20 September 1629, Gubernur Jenderal JP Coen meninggal dunia, karena penyakit kolera. Dia menderita penyaki tersebut, akibat aksi pasukan Kerajaan Mataram yang membendung Sungai Ciliwung.

Itulah sebabnya sejarah Kerajaan Mataram kurang lengkap tanpa sepak terjang Tumenggung Tegal. Ahli Sinologi (ilmu tentang Cina) Universitas Leiden Belanda, Willem Remmelink banyak menyebut Tegal dalam buku Perang Cina dan Runtuhnya Tumenggung Tegal.

Sumber: