Hebatnya Ramalan Jayabaya, Ternyata Wabah Virus Corona pun Sudah Diramal Sejak 800-an Tahun Silam

Hebatnya Ramalan Jayabaya, Ternyata Wabah Virus Corona pun Sudah Diramal Sejak 800-an Tahun Silam

Ramalan Jayabaya ternyata sudah memprediksi tentang mewabahnya virus Corona penyebab Covid-19 pada 800-an tahun lalu.--

RADAR TEGAL - Mewabahnya virus corona yang hampir tiga tahun lalu berlangsung, ternyata sudah pernah diramal raja Kerajaan Kediri, Prabu Jayabaya. Ramalan Jayabaya itu bahkan sudah dilakukannya lebih dari 800 tahun lalu.  

Prabu Jayabaya adalah raja ketiga Kerajaan Kediri, yang memerintah antara 1135-1157. Ramalan Jayabaya dikenal kerap terbukti, seperti meramalkan kedatangan wabah yang sudah diungkapkannya ratusan tahun silam. 

Ramalan Jayabaya ini diungkapkan Ketua Lokantara (Lembaga Olah Kajian Nusantara), Dr. Purwadi, sebagaimana yang dikutip dari kagama. Kali ilang kedhunge pasar ilang kumandhange (Sungai kehilangan kedalaman lubuknya, pasar kehilangan gema."

Menurut Purwadidi, begitulah ramalan Prabu Jayabaya untuk membaca owah gingsire zaman (perubahan zaman). “Sang Prabu adalah raja Kraton Kediri yang waskitho ngerti sakdurunge winarah (cerdas nan bijaksana, tahu sebelum fenomena terjadi).”

Ramalan bersumber dari nasihat pujangga 

Alumnus Fakultas Filsafat UGM itu menambahkan selama ini ramalan-ramalan sang prabu, berasal dari nasihat pujangga Kerajaan Kediri. Sehingga nasihat-nasihat itu membuat Jayabaya paham dan mengerti perubahan zaman. 

Apalagi Jayabaya menjadikan nasihat para pujangga tersebut sebagai arah tujuan (pandam pandom panduming dumudi). Para pujangga Kerajaan Kediri itu antara lain Empu Sedah, Empu Panuluh, dan Empu Darmojo.

Empu Sedah, beber Purwadi, mengajarkan ilmu sangkan paraning dumadi (Sang Pencipta sebagai tempat kembali). Sedangkan Empu Panuluh memberikan kawruh joyo kawijayan guno kasantikan (ilmu bertempur yang kedigdayaan).

“Sementara Empu Darmojo memberi wedharan tata praja (perumusan kebijakan),” kata dosen UNY membeber tentang ramalan Jayabaya.

Nasihat-nasihat dari ketiga pujangga itu, ternyata belum cukup bagi Prabu Jayabaya untuk belajar. Dia pun belajar pula dari guru agama yang didatangkan sang kakek, Sinuwun Prabu Kamesworo, dari Mesir, yakni Haji Syekh Syamsujen pada 1105.

Belajar ilmu lain dari Haji Syekh Syamsujen

Dari Haji Syekh Syamsujen, Prabu Jayabaya banyak menimba pelajaran agama, seperti ajaran loro lopo topo broto (tirakat dan menahan hawa nafsu). Purwadi mengatakan sang prabu biasa melakukan berbagai macam topo (ritual). 

Di antaranya adalah topo kungkum (ritual berendam), topo pendhem (tidak membanggakan kebaikan), topo gantung, topo ngrowot (tak makan nasi), dan topo mutih (puasa mutih). Bahkan Kadang-kadang juga menjalankan lelaku mirip sato kewan.

Yakni topo ngalong (bertapa seperti kelelawar), topo ngidang (menjauhi keramaian), topo ngiwak (tak makan daging). Jauh sebelum terkenal dengan ramalan Jayabaya, sang Prabu juga kerap melakukan lelaku nggenioro mbanyuoro (tidak terbakar nafsu dan tidak mudah terprovokasi) di bulan Suro (Muharram).

Sumber: