Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 1: Mpu Bekung, Anak Mpu Tantular Jelmaan Dewa Brahma

Cerita Sejarah Terputusnya Jawa dan Bali Bagian 1: Mpu Bekung, Anak Mpu Tantular Jelmaan Dewa Brahma

ILUSTRASI -Cerita sejarah terputusnya pulau Jawa dan Bali.-Tangkapan Layar-Youtube / Movie Mania

RADAR TEGAL - Antara Pulau Jawa dan Bali (Jawa-Bali) ternyata memiliki hubungan yang cukup erat. Bahkan, konon katanya dahulu kala Pulau Jawa dan Bali tidak terpisahkan oleh laut yang dikenal dengan Selat Bali.

Namun, karena permintaan seorang pendeta bernama Mpu Bekung yang kemudian mendapat gelar Danghyang Siddhimantra, akhirnya Pulau Jawa dan Bali terputus oleh lautan.

Bahkan sampai dengan sekarang, mitosnya antara Jawa dan Bali tidak bisa terhubung jembatan. Faktanya memang demikian, meski sudah banyak upaya yang dilakukan untuk menyambungkan atau menghubungkan, namun tetap saja tidak berhasil.

Lantas, siapa sebenarnya Mpu Bekung atau Danghyang Siddhimantra? Seperti apa kesaktiannya sehingga mampu memutus Jawa dan Bali? serta Mengapa atau apa alasannya Mpu Bekung memutus Jawa dan Bali?

Untuk mengetahui jawabannya, silakan simak artikel berikut. Karena artikel ini akan mengulas cerita sejarah atau babad terputusnya Jawa dan Bali.

BACA JUGA:Mitos Jawa-Bali Tak Boleh Terhubung Jembatan Terjawab, Padahal Jawa dan Madura Bisa

Mengutip sejumlah sumber, diceritakan bahwa di kawasan Jawa, hiduplah seorang pendeta yang sakti mandraguna bernama Danghyang Bajrasatwa.

Dia mempunyai anak laki-laki bernama Danghyang Tanuhun atau Mpu Lampita yang merupakan pendeta Budha dengan kepandaian yang sangat luar biasa.

Tidak hanya itu, Mpu Lampita juga sangat bijaksana dan sakti mandraguna seperti ayahnya Danghyang Bajrasatwa.

Adapun Danghyang Tanuhun sendiri memiliki  lima orang putra, yang dikenal dengan sebutan Panca Tirtha. Kelima anak tersebut sangat terkenal keutamaannya, baik kesaktian, kebijaksanaan, hingga kiprahnya.

Kelima anak itu yakni, pertama atau sulung bernama Mpu Gnijaya. Dia adalah Mpu yang membuat pasraman di Gunung Lempuyang Madya, Bali Timur.

Dia datang di Bali pada tahun Isaka 971 atau tahun Masehi 1049. Dia juga yang menurunkan Sang Sapta Resi (tujuh pendeta) yang kemudian menurunkan keluarga besar Pasek di Bali. 

BACA JUGA:Candi Selogriyo: Sejarah dan Mitos yang Menarik di Tempat Wisata Bersejarah

Anak kedua bernama Mpu Semeru. Dia yang membangun pasraman di Besakih. Masuk ke Bali pada tahun Isaka 921 atau tahun 999 Masehi. 

Sumber: