Kearifan Budaya Lokal Suku Tengger Bromo, Sistem Penanggalan Tahun Saka Hingga Tradisi Pakai Sarung

Kearifan Budaya Lokal Suku Tengger Bromo, Sistem Penanggalan Tahun Saka  Hingga Tradisi  Pakai  Sarung

Suku Tengger -Instagram@sukutengger-

RADARTEGAL.DISWAY.ID-Suku Tengger, penduduk  asli  yang  tinggal di kawasan Pegunungan  Semeru Tengger, Bromo terletak di Jawa Timur. Tepatnya menetap area Taman Nasional Semeru Tengger Bromo, kemudian dalam perkembangannya  suku Tengger ini dikenal sebagai Wong Tengger,  Wong Bromo atau Orang  Bromo.

Masyarakat  suku Tengger tidak hanya  tinggal  dalam  kawasan pegunungan saja,  ternyata suku ini telah menyebar ke beberapa  daerah disekitarnya .  Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang  dan Kabupaten Pasuruan adalah beberapa daerah yang sebagian penduduknya mayoritas  suku Tengger

Gaya hidup  khas suku  Tengger yang berbeda dan tidak biasa membuat  semua orang penasaran.Kearifan budaya  lokal suku  Tengger terbentuk yang diduga dahulu  berasal keturunan pengungsi Kerajaan Majapahit.

Mereka keturunan  kerajaan Majapahit  membuat   kebudayaan, bahasa sendiri,  gaya hidup hingga kepercayaan  lain. Bahkan  mereka juga  memiliki sistem penanggalan sendiri yang disebut sistem penanggalan tahun saka. Hal itu membedakan  dari masyarakat Jawa Timur pada umumnya  begitu unik dan khas 

Bahasa  Suku  Tengger

Salah satu kearifan budaya  lokal suku  Tengger yang menarik adalah  bahasa Jawa-Tengger.  Gaya bahasa Jawa-Tengger berbeda dari  bahasa Jawa pada umumnya. Meski  mereka  memakai  Jawa  ngoko  maupun kromo tetapi  lebih  condong ke bahasa  Kawi yang terlihat  penggunaan ingsun  untuk aku  perempuan atau eyang  panggilan laki-laki

Bahasa Kawi dalam hal ini adalah bahasa  Jawa kuno yang diduga dipakai  komunikasi sehari-hari khas Tengger. Bahasa Kawi tersebut diyakini sebagai bahasa  dan dialek  asli masyarakat  Majapahit di masa lalu.

Rumah Adat  Suku  Tengger

Tidak hanya  bahasa Kawi saja  yang jadikan  budaya lokal  yang dipertahankan sampai kini. Rumah adat  pun masih dapat  dijumpai di sini terutama lereng gunung  Bromo melansir probolinggokab.go.id terbuat dari kayu.

Rumat adat  Suku Tengger berbeda dalam proses pembangunannya  lebih alami menyesuaikan alam sekitar nyaman untuk  ditempati.Model rumah tidak berbentuk rumah  tingkat atau panggung  dengan ciri khas dua jendela.

Sistem Penanggalan  Tahun Saka

Hal menarik dari kearifan budaya  lokal suku  Tengger terletak pada sistem penanggalan tahun Saka. Mengaku sebagai keturunan Kerajaan  Majapahit, mereka tidak saja memilikii gaya  bahasa sediri.  Sistem penanggalan pun juga berbeda dari suku Jawa  di Jawa Timur yaitu sistem penanggalan tahun Saka.

BACA JUGA:Mengungkap 5 Misteri dan Mitos Jembatan Suramadu, Pekerja Korea Terlibat dalam Pembangunan?

Sistem penanggalan yang  mengadopsi  penanggalan Hindu yang mirip  tradisional Jawa  maupun  Bali.  Dari  12 penanggalan Kasa ada Karo, Katiga, Kasanga, Kasadha   hingga  Dhesta.

Kebiasaan Pakai Sarung Tenun Goyor

Fakta  unik suku Tengger  tidak kalah menarik kebiasaan memakai  kain sarung tenun goyor. Gendong diartikan bahwa kain tenun goyor digunakan untuk menggendong anak atau membawa suatu barang.

Sembong dalam  makna  mengikut perut, sedangkan Kaweng memiliki arti menghangatkan tubuh. Adalah beberapa fungsi  dari sarung yang biasa dipakai wong Tengger dengan alasan bahan halus, tidak kaku dan terkesan  jatuh.

Penggunaan  sarung dalam masyarakat Tengger  seolah sudah menjadi peraturan tidak tertulis. Peraturan yang wajib dipatuhi oleh setiap masyarakat Tengger baik tua,muda, laki-laki dan perempuan

Motf sarung beragam dan cara  menggunakannya  berbeda-beda kemudian jenis  tenun biasanya   adalah tenun goyor.Bentuk geometris  seperti bujur sangkar,  belah  ketupat  dan lingkaran selanjutnya motif  bunga  hingga daun.

Alasan Suku Tengger bukan pengganti jaket mengusir hawa dingin saja yang  selalu menyelimuti  kawasan Gunung Bromo. Kemudian juga  kebiasaan yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi sekaligus identitas  suku  Tengger.

Demikian tadi  ulasan singkat mengenai kearifan budaya  lokal suku Tengger  yang  masih  eksis  sampai saat  ini.  Bahasa  Tengger kemudian  juga kebiasaan memakai  sarung di  kalangan masyarakat yang memicu beragam mitos terkait  sarung  yang  digunakan dalam kehidupan sehari-hari.*

 

 

Sumber: