Sejarah Kerak Telor: dari Makanan Bergengsi Jadi Kudapan Rakyat Biasa
Sejarah kerak telor-Resep Kue Renyah-
RADAR TEGAL – Sejarah kerak telor mencakup perjalanan panjang dan menarik dari masa kolonial Belanda hingga menjadi makanan khas yang sangat populer di kalangan masyarakat Betawi.
Sejarah kerak telor, pada mulanya merupakan hidangan yang banyak disukai oleh para bangsawan dan pejabat Belanda pada masa kolonial.
Sebagai makanan khas Betawi, sejarah kerak telor ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Informasi mengenai sejarah kerak telor ini didapatkan dari kanal YouTube National Geographic Indonesia oleh Radar Tegal.
BACA JUGA:Mengenal Makanan Khas Bandung, Begini Asal Usul Terciptanya Nama Batagor
Asal usul kerak telor
Kerak telor ditemukan oleh masyarakat Betawi secara tidak sengaja pada tahun 1970-an. Awalnya, makanan ini tercipta dari percobaan sekelompok masyarakat Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka berkreasi dengan menggabungkan omelet mie dengan rempah-rempah khas Indonesia. Namun, untuk menciptakan makanan yang lebih sehat, warga Belanda di Batavia saat itu menggunakan beras ketan sebagai bahan pengganti mie.
Kreasi ini ternyata diterima dengan baik oleh lidah warga Belanda dan sering dijadikan santapan pembuka yang istimewa.
Dari makanan bergengsi jadi kudapan rakyat biasa
Pada masa Gubernur Ali Sadikin, kerak telor mulai dipromosikan dan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat Jakarta. Pada saat itu, kerak telor telah ada sejak zaman kolonial Belanda dan menjadi makanan bergengsi yang hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kalangan atas.
Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat Betawi berani untuk menjajakan kerak telor dengan harga yang terjangkau sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Hal ini membuat kerak telor menjadi salah satu makanan khas yang banyak dijajakan di acara-acara tertentu, termasuk pada perayaan besar seperti hari jadi Kota Jakarta yang dirayakan setiap tanggal 22 Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: national geographic indonesia