Sudah Ada Sejak 1950, Budaya Kitiran di Desa Carul Kabupaten Tegal Warisan Zaman Belanda

Sudah Ada Sejak 1950, Budaya Kitiran di Desa Carul Kabupaten Tegal Warisan Zaman Belanda

FESTIVAL - Pemerintah Desa Carul dan warga menggelar Festival Kitiran Tradisional di desanya, Kamis 27 Juli 2023.-YERI NOVELI/RADAR SLAWI-

RADAR TEGAL - Sudah ada sejak tahun 1950, budaya kitiran di Desa Carul Kabupaten Tegal merupakan warisan zaman Belanda. Namun, budaya itu lambat laun hilang karena terkikis oleh waktu dan pola hidup masyarakat yang kian berubah.

Untuk menghidupkan kembali budaya tradisional tersebut, Pemerintah Desa Carul Kabupaten Tegal yang didukung warga menggelar Festival Kitiran yang diikuti oleh masyarakat desa setempat.

Festival Kitiran Tradisional yang berlangsung di Desa Carul Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal digelar meriah. Festival ini merupakan cikal bakal destinasi wisata di desa tersebut.

"Festival ini akan menjadi agenda tahunan dan pesertanya merupakan warga desa sekitar Carul," kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Porapar) Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni yang hadir di lokasi untuk mewakili Bupati Tegal, Kamis 27 Juli 2023.

BACA JUGA:Sejarah Wayang Cepak Khas Tegal, Warisan Budaya Lokal yang Harus Kita Jaga Sampai Masa yang akan Datang

Uwes mengaku optimistis, festival itu bakal ramai dan diminati para wisatawan. Dengan begitu, Desa Carul akan menjadi destinasi wisata kitiran.

Namun, Uwes menyarankan agar festival itu di tahun mendatang supaya dilengkapi dengan kuliner makanan khas, kesenian serta akses menuju lokasi wisata agar diperbaiki.

"Kami optimis Desa Carul akan menjadi sebuah desa wisata di kawasan pegunungan," ujarnya.

Sementara, Ruslani, warga RT 01 RW 01 Desa Carul menuturkan, baling-baling kitiran ini terbuat dari kayu jati. Panjangnya antara 4 sampai 7 meter.

Jika baling-baling berputar, akan mengeluarkan suara cukup keras. Bahkan juga mengeluarkan api karena kayu dan bambu saling beradu.

"Itulah nilai seninya. Ada suaranya yang keras dan api. Untuk menghentikan itu, biasanya disiram pakai air atau oli," ucapnya.

Ruslani mengisahkan, budaya kitiran di desanya itu, sudah ada sejak zaman Belanda. Kitiran biasanya diletakkan di atas bukit. 

"Sekitar tahun 1950 sudah ada kitiran ini," imbuhnya.

Sumber: