Ternyata Satu Guru! Persahabatan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari, Pendiri Muhammadiyah dan NU
Ilustrasi: -instagram | @naufannoord-
RADAR TEGAL - Indonesia memiliki dua organisasi Islam terbesar, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari.
Meskipun keduanya bersahabat karib semenjak remaja, namun mereka memiliki konsep dan pendekatan yang berbeda dalam membawa nilai keislaman.
Radartegal.disway.id akan menjelaskan perbedaan mendasar antara Muhammadiyah dan NU serta bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi pendekatan mereka dalam dunia pendidikan dan tradisi di Indonesia.
Muhammadiyah kemurnian islam dan pentingnya membangun pendidikan
Muhammadiyah, didirikan oleh KH Ahmad Dahlan, memiliki fokus pada kemurnian ajaran Islam dan memberantas praktik-praktik bid'ah yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam.
Konsep kemurnian ini mendorong Muhammadiyah untuk lebih mengutamakan pemahaman ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadis.
Selain itu, Muhammadiyah juga mengedepankan gerakan dalam dunia pendidikan, mengadaptasi sistem sekolah kolonial sebagai sarana formal dalam menyebarkan ajaran Islam.
Nahdlatul Ulama (NU) toleran terhadap tradisi lokal
NU, yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari, memiliki pendekatan yang lebih lunak dan toleran terhadap tradisi-tradisi lokal di Indonesia.
Meskipun tetap mengutamakan ajaran Islam dari sumber utamanya, Al-Quran dan Hadis, NU tidak menganggap semua praktik lokal sebagai bid'ah yang harus dihapuskan.
Sebaliknya, NU berusaha mengakomodasi nilai-nilai lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Hal ini memungkinkan NU untuk menjaga kesatuan dan harmoni dengan masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya.
Persahabatan kedua pendiri
Dalam buku "K.H Ahmad Dahlan Sang Penyantun" (2018) yang ditulis oleh Imron Mustofa, diceritakan bahwa dua pendiri umat Islam di Indonesia ini telah bersahabat sejak mereka belajar bersama dari Kiai Saleh Darat asal Semarang.
Saat itu, Dahlan berusia 16 tahun dan Hasyim berusia 14 tahun. Mereka memanggil satu sama lain dengan panggilan yang akrab, yaitu Hasyim memanggil Dahlan dengan "Mas" (kakak), dan Dahlan memanggil Hasyim dengan "Adi" (adik).
Perbedaan pendekatan pendidikan
Menurut sumber dari nu.or.id, meskipun mereka belajar bersama dari Kiai Saleh Darat, namun kebersamaan mereka tidak berlangsung lama, hanya dua tahun saja, kemudian mereka berpisah.
Tapi saat mereka menimba pendidikan di Mekah, ternyata keduanya berguru kepada seorang ulama yang sama, yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi.
Saat berada di Mekah, perbedaan kecenderungan pun mulai muncul di antara mereka. KH Hasyim Asy’ari lebih menyukai hadis, sedangkan KH Ahmad Dahlan lebih tertarik pada pemikiran dan gerakan Islam.
BACA JUGA:Adam Peak, Jejak Perjalanan Turunnya Nabi Adam dari Surga
Kesimpulan
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) adalah dua organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan pendekatan dan nilai keislaman yang berbeda.
Muhammadiyah berfokus pada kemurnian ajaran Islam dan gerakan pendidikan, sementara NU lebih toleran terhadap tradisi lokal dan berupaya menjaga harmoni dengan masyarakat yang beragam budaya.
Persahabatan antara KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy'ari telah memberikan kontribusi pada perjalanan panjang dan berpengaruhnya kedua organisasi ini dalam membentuk wajah Islam di Indonesia.
Demikian informasi tentang pendiri ormas islam terbesar Indonesia KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari. Temukan banyak informasi islami lainnya, hanya di radartegal.disway.id, semoga bermanfaat.(*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: