Masuk Warisan Budaya, Ini Keistimewaan Grombyang, Kuliner Khas Pemalang

Masuk Warisan Budaya, Ini Keistimewaan Grombyang, Kuliner Khas Pemalang

grombyang--

RADAR TEGAL - Pasti sedulur tidak asing lagi bukan dengan makanan grombyang. Kuliner khas Pemalang ini masuk menjadi warisan budaya lho.

Selain rasanya yang enak, kuliner khas Pemalang ini memiliki keistimewaan yang belum banyak orang tahu. Kuliner dengan bahan utama daging sapi ini memiliki rasa yang unik.

Bagi pencinta kuliner, pasti sepakat bahwa grombyang memang kuliner yang memiliki rasa enak. Nama grombyang berasal dari bahasa Pemalang yang berarti berarti mengapung di permukaan atau bergoyang-goyang.

Dalam penyajiannya, komposisi kuah lebih banyak ketimbang nasinya, sehingga nasi dapat mengapung dan bergoyang-goyang di antara kuah. Nama grombyang tidak bisa didapati di kota-kota lain, sangat ikonik dan unik.

Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Konon, nasi grombyang sudah ada sejak 1960-an. Pada waktu itu penjual nasi grombyang menjual dagangannya secara tidak menetap, tetapi berkeliling kampung.

Salah seorang pewaris nasi grombyang, Waridin menceritakan, dirinya sudah mulai membuka usaha jual nasi grombyang sejak 1978, yang sebelumnya ikut membantu pamannya, Warso dalam usaha yang sama.

“Awalnya ikut paman jual nasi grombyang, akhirnya buka sendiri sejak tahun 1978 sampai sekarang. Dulu dari harga 15 perak (Rp15), sampai sekarang sudah Rp16 ribu per porsi,” katanya, saat ditemui di warung miliknya Jalan Gatot Subroto nomor 35 Kecematan Pemalang, Jumat (5/11/2021).

Menurut Waridin, membuat nasi grombyang lebih rumit ketimbang soto daging ataupun daging kuah lainnya. Mulai memasak daging, mengiris, ditambah menu kaldunya yang terbuat dari kluwak, serundeng serta lemak daging itu sendiri. Kuahnya pun dibumbui rempah, seperti lengkuas, jahe, kunyit, daun salam, kemiri, dan lainnya. Kemudian sebelum disajikan ditaburi irisan onclang dan bawang merah.

“Kalau dulu pakai daging kerbau, tapi karena sekarang sulit akhirnya pakai daging sapi. Butuh dua sampai tiga jam untuk membuat nasi grombyang,” jelasnya.

Waridin mengaku bangga usahanya melanjutkan warisan resep nenek moyangnya itu berbuah manis, setelah nasi grombyang ditetapkan menjadi salah satu WBTB.

“Saya senang dan bangga ini tercatat sebagai Warisan Budaya,” paparnya.

Kebanggan lain diceritakannya ketika Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mampir dan menikmati nasi grombyangnya. Saat itu ia tidak tahu, karena orang nomor satu di Jawa Tengah itu berpenampilan seperti pelanggan umum.

“Perasaanya alhamdulillah, saya sebagai pedagang kecil didatangi pejabat itu kebanggan, apalagi Pak Gubernur orangnya sederhana, tidak mau ditonjolkan spereti rakyat biasa. Setelah itu, tambah ramai, dikenal nasi grombyang yang didatangi Gubernur, dan disyuting pakai tangan sendiri,” terangnya. 

BACA JUGA:Kepoin 'JIREM', Jajanan Tradisional Khas Pemalang yang Masih Bertahan

Grombyang Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Sumber: