Bukan Hanya Sediakan Anggaran 64 Miliar, Cara Ini Juga Ditempuh Bupati Tegal untuk Turunkan Stunting

Bukan Hanya Sediakan Anggaran 64 Miliar, Cara Ini Juga Ditempuh Bupati Tegal untuk Turunkan Stunting

Bupati Tegal Umi Azizah saat menjadi narasumber pada acara Dialog Terbuka Temu Kerja Tim Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Wyndham Opi Palembang, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, baru-baru ini.-Yeri Noveli-

SLAWI, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Angka kasus stunting di Kabupaten Tegal menurun. Ihwal penurunan itu, Bupati Tegal Umi Azizah membeberkan caranya.

Menurutnya, sejalan dengan instruksi Presiden RI yang menargetkan penurunan stunting Nasional di angka 14 persen tahun 2024, pihak berupaya maksimal meraihnya lewat berbagai cara, daya dan upaya.

Termasuk mengalokasikan anggaran yang mendukung pencegahan dan penanganan stunting senilai total Rp64,6 miliar tahun 2023. Anggaran itu untuk intervensi gizi spesifik dan sensitif.

“Angka prevalensi stunting kami berdasarkan SSGI (studi status gizi Indonesia) terus berkurang dari 30,6 persen di tahun 2018 menjadi 25,14 persen di tahun 2019 atau masih di bawah rata-rata provinsi dan nasional,” kata Umi Azizah.

Namun demikian, Umi mengaku, selama pandemi lalu angkanya sempat naik menjadi 28 persen di tahun 2021. Sehingga pihaknya memperkuat koordinasi yang tidak hanya dari lingkup pemerintahan.

Tapi juga pentahelix dengan melibatkan elemen masyarakat, komunitas peduli hingga pelaku usaha yang ditunjang adanya sinkronisasi perencanaan dengan penganggarannya.

BACA JUGA:Demi Stunting, Bupati Tegal Umi Azizah Luncurkan Rames Sa'Ceting

Kerja sama dengan organisasi perempuan seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Aisyiyah dan Nasyiyatul Aisyiah menjadi modal sosial yang kuat untuk menjangkau sasaran ibu hamil dan balita stunting melalui program pemberian makanan tambahan dan bunda angkat balita stunting.

“Organisasi perempuan ini punya peran penting menjembatani program pemerintah di wilayah, sebab rantai strukturalnya masuk sampai ke desa-desa,” ujarnya.

Umi menyatakan metode sampling pada SSGI hanya digunakan untuk mengetahui besaran masalah di daerah. Selebihnya untuk mendeteksi, mengidentifikasi masalah riil gizi balita dan jenis intervensinya diperlukan data by name by address.

Strategi penanganan stunting ini difokuskan ke lokus desa-desa dengan kasus stunting tertinggi. Desa lah yang menjadi ujung tombak untuk mengintervensi sembilan variabel gizi spesifik dan 11 variabel gizi sensitif.

"Sehingga ini harus didukung data balita dan ibu hamil by name by address,” tegasnya.

Dengan memanfaatkan momentum Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), pihaknya pun melakukan pencacatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat secara elektronik atau e-PPGBM sebagai satu-satunya metode pendataan terbaik saat ini karena mampu menjangkau 87 persen populasi balita di Kabupaten Tegal.

BACA JUGA:Anggaran Penanganan Stunting Rp64,6 Miliar, Bupati Tegal: Angka Prevalensi Terus Berkurang

Sumber: