117 Orang di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal ODGJ, Diduga Ini Penyebabnya

117 Orang di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal ODGJ, Diduga Ini Penyebabnya

PENDAMPINGAN - Programer Layanan Keswa Puskesmas Slawi Andi Amirudin Faqih, saat melakukan pendampingan klien ODGJ, di Desa Dukuhsalam Kecamatan Slawi, Kamis, 14 Juli 2023.-YERI NOVELI/RADAR SLAWI-

SLAWI, RADARTEGAL.DISWAY.ID - Sebanyak 117 orang di Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal diketahui tercatat sebagai Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Dari jumlah tersebut, ada yang baru pengobatan selama 2 bulan, ada pula yang sudah mencapai 1 tahun.

Menurut Programer Layanan Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Slawi Andi Amirudin Faqih, untuk pemberian obat dilakukan setiap sebulan sekali. Sedangkan pengambilan obat bisa diwakilkan keluarganya. 

Obatnya tersedia di puskesmas dan RSUD, dengan resep dokter dan gratis menggunakan BPJS.

"Kalau pasien tidak bisa datang, kita yang mengunjungi ke rumahnya," ucapnya saat bersama Keswa lainnya sedang melakukan pendampingan klien ODGJ, di Desa Dukuhsalam Kecamatan Slawi Kabupaten Tegal, Kamis, 14 Juli 2023.

Diakuinya, kasus ODGJ setiap bulan selalu meningkat. Bahkan, saat ini jumlahnya sudah lebih dari 100 orang. Penyebab gangguan jiwa cenderung karena faktor ekonomi.

"Jumlah total ODGJ sebanyak 117 orang. Itu cuma di Kecamatan Slawi saja," kata Andi.

BACA JUGA:Ngamuk dan Bawa Skop, ODGJ di Desa Grinting Brebes Bikin Warga Ketakutan

Selain pendampingan terhadap ODGJ, pihaknya juga sedang melakukan Self Reporting Questionnaire (SRQ) yakni kuesioner yang dikembangkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai alat ukur adanya masalah atau gangguan jiwa. 

"Kuesioner ini dibuat untuk mendeteksi gejala awal gangguan kejiwaan, yang terdiri dari 20 pertanyaan, jika pasien menjawab Ya lebih dari 6 nantinya akan diberi konseling lebih lanjut," ujarnya.

Andi mengungkapkan, gangguan kesehatan jiwa di masyarakat trennya meningkat. Rata-rata setiap bulan 3 sampai 5 pasien. Penyebabnya karena faktor ekonomi. Utamanya pasca pandemi Covid-19 lalu.

Sedangkan faktor lainnya, karena broken home atau keluarga berantakan. Mirisnya, mayoritas kasus itu ditemukan pada usia remaja. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: