Permintaan Belum Direspon, Nelayan Tradisional Swadaya Bakal Keruk Kalibacin

Permintaan Belum Direspon, Nelayan Tradisional Swadaya Bakal Keruk Kalibacin

NELAYAN BERAKTIVITAS- Ilustrasi aktivitas nelayan di Kali Bacin.-TEGUH M/RADAR TEGAL GROUP-

TEGAL, radartegal.com - Keluhan nelayan terkait sedimentasi di Sungai Kali Bacin yang menyulitkan mereka untuk beraktivitas belum direspon pihak terkait. Karenanya, mereka berencana akan melakukan pengerukan secara swadaya agar alur keluar masuk kapal mereka mudah dilewati.

Ketua DPD HNSI Jawa Tengah Riswanto mengatakan beberapa waktu lalu, dirinya menerima perwakilan nelayan dari beberapa kelompok. Di antaranya, dari Kampung Nelayan Kalibacin, Gang Etong, Jalan Layang, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat.

"Kedatangan para nelayan tradisional itu untuk meminta solusi terkait normalisasi pendangkalan Sungai Kalibacin, yang sudah beberapa kali dibahas dan sempat ditinjau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pada awal 2020 lalu," katanya.

Saat itu, kata Riswanto, dirinya langsung menghubungi salah satu pihak untuk menyampaikan kelanjutan rencana dan rancangan anggaran kelanjutan normaliasi 2022. Diketahui, upaya normalisasi dan pembuatan penahan gelombang laut dengan anggaran sekitar Rp35 miliar telah diajukan DPUPR Kota Tegal ke Provinsi Jawa Tengah.

"Saat ini DPUPR Kota Tegal, masih menunggu kepastian dari provinsi," ujarnya.

Karenanya, kata Riswanto, sejumlah nelayan tradisional akan bergotongroyong secara swadaya melakukan normalisasi (pengerukan) aliran Sungai Balibacin, yang mengalami sedimentasi. Mengingat dan menimbang, itu menjadi satu-satunya akses mereka untuk menggantungkan hidup.

“Mereka hidup dari hasil melaut. Jika kemudian akses terbatas dan sulit digunakan, bagaimana nasib mereka,” tandasnya.

Riswanto, menambahkan, para nelayan menghendaki untuk bergotongroyong secara swadaya menyewa alat berat untuk melakukan pengerukan. Pihaknya juga akan mencarikan informasi terkait jasa dan biaya yang dibutuhkan berapa. 

"Termasuk meminta izin kepada dinas terkait untuk menggunakan penahan gelombang di sebelah barat, agar bisa dilalui oleh alat berat,” jelas Riswanto. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: